Selasa, Juli 20, 2010

Warga Jangkabuya Dambakan Air Bersih

MEUREUDU-Sejumlah desa pesisir pantai Kecamatan Jangkabuya dan Ulim, Pidie Jaya (Pijay) hingga kini belum dialiri air bersih. Akibatnya, warga menggunakan air sumur, sementara untuk minum terpaksa membelinya.

Fenomena yang sudah berkalang tahun itu, tampaknya kurang mendapat perhatian pemerintah, terutama dinas terkait. Penduduk dibiarkan menggunakan air lagang (setengah asin) untuk berbagai keperluan. Kalau pun ada sumur yang airnya dapat diminum, jumlahnya sangat terbatas. Untuk mengangkutnya, ditempuh lumayan jauh.

Di Jangkabuya, desa yang belum ada air bersih, antara lain Gampong Jurong Ara, Jurong Teungoh, dan Jurong Minje. Sementara Ulim, meliputi Desa Masjid Ulim Baroh, Bueng, Geulanggang, dan Tijien Usen. Sedikitnya 1.500 KK (kepala keluarga) setempat mengeluh ketiadaan air bersih. Kondisi terparah diami pascatsunami, dimana warga sepanjang pesisir pantai di dua kecamatan tersebut mengharpkan bantuan pemerintah.

Seperti dilaporkan Keuchik Jurong Ara, Anwar Taib. Kendala utama yang dialami desa berpenduduk 180 KK itu adalah menyangkut air bersih. Masyarakat sudah berkalang tahun menggunakan air lagang dari sumur galian untuk berbagai keperluan, selain untuk minum. “Untuk minum, kami harus beli dengan jerigen atau galon. Per-bulan, rata-rata harus mengeluarkan uang Rp 30.000,” papar Anwar.

Untuk mencuci pakaian, sambung Ramli Ahmad, salah seorang Tuha Peuet, ibu-ibu di sana menggunakan air sumur. Atau kalau kebetulan lagi musim turun ke sawah, hampir setiap pagi mereka berjejer sepanjang saluran mencuci pakaian. Kondisi serupa juga dialami penduduk di dua desa tetangganya.

Menurut sejumlah warga, pihak desa sudah berulangkali melaporkan keluhan itu kepada pemerintah melalui camat setempat. Namun, belum juga ada tanda-tanda untuk ditindaklanjuti. Jalur induk untuk pendistribusian air ke desanya, memang sebagian sudah lama dipasang. Tapi, air tak kunjung tiba setetes pun. “Sampai kapan kami harus menunggu adanya air bersih,” kata seorang ibu rumah tangga.

Kondisi terparah juga dialami ratusan penduduk Kemukiman Ulim Baroh, meliputi Desa Bueng, Geulanggang, dan Tijien Usen. Masyarakat di sana, terutama kaum ibu pada sore hari beramai-ramai mendatangi sumur yang airnya dinilai bisa untuk diminum. Keuchik Geulanggang, M Gade yang ditanya Serambi melalui ponselnya kemarin, membenarkan semua warganya yang berjumlah sekitar 265 KK, belum pernah menikmati air bersih. Warga miskin terpaksa harus mengambil air sumur tua di meunasah desa setempat. Pemerintah, dalam hal ini Distamben (Dinas Pertambangan dan Enegi) Aceh, sudah pernah menggali sumur bor beberapa tahun silam, tapi sial airnya setetes pun tak keluar.

Catatan Serambi, selain Desa Geulanggang, pemerintah juga pernah menggali sumur bor di Gampong Bueng (tetangga Geulanggang). Tapi nasibnya juga begitu. Kedua sumur bor itu kini hanya jadi barang onggokan.(ag)

Tidak ada komentar: