Selasa, April 28, 2009

Pasien RSU Sahuddin Kelabakan

Suplai Air PDAM Mati

28 April 2009, 08:47 Nanggroe Administrator

KUTACANE – Krisis air bersih di RSU Sahuddin Kutacane, Aceh Tenggara sejak Minggu (26/4) telah membuat keluarga pasien kelabakan. Mereka kesusahan dan harus mendatangi rumah warga guna mendapatkan air untuk mandi dan mencuci. Kondisi ini terjadi akibat suplai air bersih dari PDAM Agara mati total.

Wahyuddin alias Wen (32) ayah seorang pasien, warga Desa Lawe Loning, Kecamatan Lawe Sigala-gala, kepada Serambi, Senin (27/4) mengatakan, air bersih dari PDAM Agara di RSU Sahuddin mati total. Akibat dari hal ini, WC di ruang anak tak berfungsi sehingga menimbulkan aroma tak sedap. “Karena tidak ada air, kami terpaksa keliling mencai air bersih dan menumpang di rumah warga.”

Selain krisis air, ia mengakui anak lelakinya berumur setahun di rawat di ruang Mawar yang tidak memakai bantal dan sepre. Mengatasi hal ini, mereka terpaksa menggunakan kain sendiri untuk dijadikan sepre dan bantal. Persoalan lain fasilitas untuk peserta Jamkesmas sangat memprihatinkan bila dibandingkan pasien lain.

Hal yang sangat memberatkan ujar Wahyuddin, mereka harus mengeluarkan biaya untuk membeli obat. “Kalau seperti ini tidak ada berobat gratis bagi masyarakat miskin,” katanya. Mereka minta Bupati Aceh Tenggara, Ir H Hasanuddin B MM, memperhatikan peserta Jamkesmas dan memberikan pengobatan gratis, dan meningkatkan fasilitas kesehatan. Terkait hal ini, Kepala RSU Sahuddin Kutacane, Aceh Tenggara, drg Agus Pramono, kepada Serambi, Senin (27/4) mengatakan, pasien dan keluarga pasien kesulitan mendapatkan air bersih di daerah itu karena suplai air dari PDAM Agara mati dan pipa yang digunakan untuk menyuplai air ke RSU itu sangat kecil ukurannya. Akibat dari hal ini mereka terpaksa menggunakan pompa mesin untuk mensuplai air di rumah sakit tersebut.

Dikatakan, untuk tahun 2009, ini mereka akan merehab pipa yang lama itu dengan alokasi dana sebesar Rp 140 juta untuk panjang pipa 400 meter. Ditanya WC atau kamar mandi rusak di ruang anak Jamkesmas, dia menjawab pihaknya akan memperbaiki WC tersebut dan pasti tak ada kendala. Ditanya tentang pasien tidur tak memakai bantal dan sepre, dia menjawab, saat ini mereka kekurangan bantal dan sepre karena yang ada sebanyak 30 set telah mereka gunakan. Dalam waktu dekat kekurangan itu akan menyusul. Ditanyai tentang pasien Jamkesmas membeli obat, dia menjawab, tahun 2009 ini ada 500 item jenis obat yang gratis pada mereka, sedangkan yang lain harus dibeli. Hal ini telah mereka lapor pada bupati dan saat ini menunggu bupati pulang dari luar daerah.

Krisis air
Sementara menyangkut krisis air di rumah sakit, Pj Kepala Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Agara, Erbab, mengatakan, air mati karena sumbernya kurang. Kondisi terjadi sedang dicari solusi penyelesaian. “Rencanannya hari ini suplai air bersih di daerah itu sudah mengalir seperti biasa,” ujarnya.(as)

Sabtu, April 25, 2009

Banyak Meteran PDAM Digondol Maling

24 April 2009, 07:43 Pase Administrator

Meteran air PDAM Mon Peusangan dicuri

Salah satu Boks meteran air PDAM Mon Peusangan di Cot Gapu Bireuen, Kamis (23/4) hilang dicuri. SERAMBI/YUSMANDIN IDRIS

BIREUEN – Sejak dua bulan terakhir, banyak meteran PDAM yang telah dipasang di rumah pelanggan hilang digondol maling. Akibatnya, para pelanggan harus membeli meteran yang baru dari PDAM Mon Peusangan Bireuen. Sehingga distibusi air ke rumah-rumah penduduk terganggu. “Saya tadi pagi (kemarin-red) melihat boks meteran PDAM sudah hilang, pipa penyampung dipotong saat air tidak mengalir,” kata Yusuf, seorang pelanggan PDAM di kawasan Cot Gapu kepada Serambi, Kamis (23/4).

Sepengetahuannya, lanjut Yusuf, ada beberapa warga lain yang juga mengalami hal serupa yaitu boks meteran menghitung volume pemakaian jumlah air dicuri pada malam hari dengan cara dipotong. Pelanggan mensinyalir hilangnya boks meteran air bersih itu mungkin karena diperjualbelikan lagi ke pelanggan lain karena setiap saat jumlah pelanggan bertambah. Direktur PDAM Mon Peusangan Bireuen, Isfadli Yahya, kepada Serambi Kamis (23/4), mengaku sudah ada beberapa pelanggan yang melaporkan hilangnya boks meteran air di rumah mereka. Di kawasan Kota Bireuen sejak Maret 2009 hilang sekarang sudah enam boks meteran pelanggan di berbagai desa sudah hilang. Sementara di Kecamatan Peudada sudah dilaporkan ada tiga bok meteran hilang.

Ditanya apakah benar dugaan warga yang mensinyalir boks meteran itu kemudian dijual kembali ke pihak PDAM agar bisa dipasang kembali ke pelanggan baru, Isfadli mengaku untuk pelanggan baru atau mengganti yang rusak dipasang boks meteran yang masih tersegel, petugas tidak bisa memasang boks meteran lama. “Sesuai ketentuan setiap pelanggan baru atau pelanggan yang boks meterannya sudah rusak akan diganti dengan boks yang baru. Jadi, tak mungkin petugas PDAM membeli bosk meteran bekas dari orang tertentu,” ujarnya. Isfadli menduga, boks meteran itu dicuri karena di dalamnya ada kuningan yang bisa dijual ke tempat penampungan barang rongsokan. Harga boks meteran yang baru adalah Rp 200.0000 per unit.(yus)

Ribuan Warga Masih Gunakan Air Payau

Kendati Ulim Miliki PAM-IKK

25 April 2009, 10:06 Nanggroe Administrator

MEUREUDU - Kendati di Kecamatan Ulim, Pidie Jaya, terdapat PAM-IKK (Perusahaan Air Minum Ibukota Kecamatan), namun hingga kini dilaporkan masih ada ribuan warga di sana yang mengeluh lantaran ketiadaan air bersih. Untuk minum, sebagian mereka membeli, sementara untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK) terpaksa menggunakan air payau (lagang, bahasa Aceh). Problema yang sudah berksalang tahun itu diminta adanya perhatian pemerintah.

Dari 30 desa di kecamatan tersebut, kecuali Gampong Naroue, Siblah Coh, Tanjong Ulim, GrongGrong Capa, serta Pulo Ulim yang sudah dialiri air bersih, sedangkan lainnya belum terjamah sama sekali. Sejumlah ibu rumah tangga kepada Serambi secara terpisah, Jum’at (24/4) mengisahkan kepedihan yang mereka alami karena belum adanya air PAM. Lebih parah lagi, jika kebetulan air pasang rasanya asin. Bagi yang mampu, untuk air minum tidak terlalu sulit, karena setiap saat bisa mereka beli di pasar dengan harga sekitar Rp 4.000/galon atau jerigen. Sedangkan sebagian penduduk lainnya terpaksa mengambil di sumur tetangga yang terkadang lumayan jaraknya. Lebih sedih lagi, kalau kebetulan ada kemalangan atau kenduri. Dalam komndisi semacam itu, sudah pasti, masyarakat harus bekerja ekstra untuk membantunya.

Seperti yang dialami warga yang bermukim di Desa Masjid Ulim Baroh, Bueng, dan Geulanggang. Nasib sama juga dialami ratusan penduduk Desa Jurong Ara, Jurong Teungoh dan Jurong Minje Kecamatan Jangkabuya (tetangga Ulim). Saat Serambi melintas di sejumlah desa tersebut melihat, belasan ibu rumah tangga sedang mencuci pakaian dan sejumlah bocah ikut mandi. “Karena air PAM tak ada, hampir setiap hari kami menyuci di air payau,” kata Nurma, salah seorang ibu rumah tangga di Ulim Baroh. Keluhan serupa juga disampaikan Khatijah, Nurhayati, Fatimah dan Aisyah, warga Desa Jurong Ara. Penduduk di sejumlah desa di Jangkabuya ini pun sangat mengharapkan perhatian pemerintah setempat terhadap nasib gampong yang hingga sekarang belum dialiri air bersih. Kami di Gampong Jurong Minje juga begitu. Sampai sekarang air PAM yang pernah dijanjikan tak kunjung tiba, timpal seorang warga.

Amatan Serambi, ke sejumlah desa pinggiran pantai di Ulim, terlihat jaringan atau pipa untuk pendistribusian air sudah lama dipasang. Tetapi, air belum dialirkan kesana. Kepala PAM-IKK Ulim, Ramli Nurdin, yang coba ditemui Serambi ke kantornya di Desa Naroue kemarin, tidak berada di tempat. Salah seorang petugas di sana membenarkan, sejumlah desa pinggiran pantai (kawasan Ulim Baroh) belum dialiri air PAM. PAM Ulim, kata petugas tadi, hanya baru mampu memenuhi untuk lima desa. (ag)

Selasa, April 21, 2009

PDAM Berjalan, Bendungan Jebol....!

Bangunan bendungan/intake sebagai pasokan air bersih milik PDAM Tirta Fulawan Simeulue yang terletak di hulu sungai Kuala Umo Desa Sibaw, Kecamatan Simeulue Timur mengalami kerusakan parah pada lantai bawah bendung (down-stream) setelah dihantam banjir besar yang melanda pada Minggu (5/4/2009) pekan lalu.
Sungai Kuala Umo sebagai pemasok air PDAM dikala banjir membawa batangan kayu-kayu besar dari hulu sungai yang menyebabkan lantai bendung pada bahagian 'down-stream' rusak parah.

Bangunan bendungan pasokan air bersih ini dibangun Pemkab Simeulue pada akhir tahun 2003 lalu, dan pernah diperbaiki/direhab akibat rusak berat setelah digoyang 2 kali gempa besar yang pusat episentrumnya berada di pulau Simeulue pada pertengahan Desember 2004 dan 28 Maret 2005.

Kerusakan saat ini dinilai cukup serius sehingga agar bendung tidak mengalami kerusakan lebih parah lagi maka bendung mulai kini dikeringkan dari genangan air, oleh karena itu PDAM Tirta Fulawan Simeulue sesuai kapasitasnya selaku pengelola sarana prasarana air bersih turun tangan untuk menangani secara darurat dan seadanya dengan cara membuat tanggul konvensional yg terbuat dari karung-karung pasir agar bangunan fisik bendung terhindar dari kerusakan yang lebih parah lagi.

Kemudian agar pasokan air baku dapat mengalir lancar kembali, PDAM membuat pipa suplesi langsung ke mulut intake air bersih di bendungan tersebut, sebab bila tidak diambil langkah-langkah yang tepat dan sesegera mungkin, pasokan air ke pelanggan akan kembali macet total, dimana untuk menormalkan kembali, bangunan fisik bendungan membutuhkan biaya relatif besar atau mencapai ratusan juta rupiah dengan jangka waktu pelaksanaan bisa mencapai 2 bulan kalender kerja.

Direksi PDAM Tirta Fulawan Simeulue menghimbau pada pihak-pihak terkait ataupun pihak donatur baik lokal maupun asing agar dapat kiranya membantu mengatasi kebutuhan akan prasarana air bersih ini guna kepentingan masyarakat banyak khususnya penduduk kota Sinabang dan sekitarnya yang berjumlah puluhan ribu jiwa.

Diinfokan, sejak awal April 2009, setelah sekian tahun tidak berfungsi, PDAM Simeulue sudah membuka kembali pendaftaran dan registrasi pelanggan baru/lama layanan air PAM.

Biaya peralatan SR (sambungan rumah) serta pemasangannyad ditanggung penuh oleh Sabsas Belanda, calon pelanggan hanya diwajibkan membayar biaya administrasi dan uang jaminan berlangganan sebesar Rp.150.000,-.

Target penerimaan pelanggan baru tahap I (pertama) ini sebanyak 500 SR dan dikhususkan terlebih dulu pada penduduk di dua desa (Desa Suka karya dan Desa Sukamaju) yang jaringan distribusinya telah selesai direhab pihak Sabsas beberapa waktu lalu.

Apabila rencana ini berjalan lancar penerimaan pendaftaran pelanggan baru/lama tahap ke-II akan dilanjutkan lagi yakni untuk Desa Suka makmur, Suka Jaya, Ameria, Air Dingin, serta desa-desa lainnya disekitar Kota Sinabang, namun disaat hendak membuka pendaftaran kedua, musibah jebolnya bendungan itu terjadi.

Minggu, April 19, 2009

Ibu Kota Aceh Timur tanpa Air Bersih

* Warga Idi Rayeuk Beli Air dari Becak

19 April 2009, 09:39 Nanggroe Administrator

IDI - Idi Rayeuk, sebagai pusat ibu kota Aceh Timur dilaporkan tidak memiliki suplai air bersih untuk dikonsumsi warga yang bermukim di sana. Bahkan, masyarakat setempat hanya mengandalkan air bersih yang diangkut dengan becak oleh pedagang keliling. Malah untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, ratusan KK yang bermukim di Kuala Idi, terpaksa mengangkut air dari sumur bor. Kondisi yang sama juga dialami oleh ratusan KK lain yang bermukim di sekitar pusat ibu kota kabupaten seperti Julok, lantaran suplai instalasi air PDAM dari Lhoknibong sudah bermasalah sejak setahun terakhir.

Zainuddin Salam, tokoh masyarakat Idi Rayeuk kepada Serambi, Sabtu (18/4) mengatakan, kondisi ketiadaan air bersih di pusat ibu kota Aceh Timur, itu sudah lama terjadi. “Kondisi ini sudah lama berlangsung, warga juga sudah sering mengutarakan pada setiap kesempatan. Tinggal lagi keseriusan pihak PDAM dan Pemda mencari jalan keluarnya,” ungkap Zainuddin Salam.

Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat setempat selama ini terpaksa membeli air per jeriken yang dijajakan pedagang dengan becak setiap harinya. Harga air ini bisa mencapai Rp 20 ribu per jeriken besar (200 liter). Menurut dia, sebagai pusat kabupaten sudah seharusnya di Idi Rayeuk didirikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Apalagi jumlah penduduk di kota ini terbilang padat. “Kita tentu merasa malu kalau ada tamu yang datang mendapati Idi Rayeuk tanpa air bersih,” ujarnya.

Dikatakannya, jaringan PDAM yang ada di Lhoknibong sudah lama hancur. Ketika pertama dibangun memang lancar, tapi kini sudah lama tidak berdenyut lagi. “Karena itu, pemerintahan daerah harus benar-benar memperhatikan, apalagi sudah jadi ibu kota yang baru,” ungkap Zainuddin yang juga Ketua MPW SIRA itu.

Kondisi yang sama juga dialami oleh para pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirta Peusada yang mengeluhkan suplai air PDAM dari Lhoknibong tidak lancar. Malahan ada yang sudah lima bulan tidak menerima suplai air sedikitpun.“Sejak dari bulan puasa tahun 2008, sampai hari ini tidak pernah menerima air sedikit pun, tapi beban tetap kami bayar. Yang anehnya dalam beberapa bulan ini, saat saya mencoba membuka kran air malah semut hitam yang keluar,” ujar Zulkarnain, warga Ulee Ateung, Julok kepada wartawan, Jumat (17/4).

Hal senada juga diutarakan tokoh masyarakat Julok, Nasir. Menurut dia, pelayanan PDAM di Kecamatan Julok selama ini, hanya menyuplai angin bukan air. “Kita heran juga, kalau memang ada perbaikan kok lama sekali,” katanya dengan nada ketus. Sementara itu, Kepala PDAM Tirta Peusada Aceh Timur, Ir Faisal Saifuddin saat dihubungi Serambi kemarin sore tidak mengangkat telepon selulernya. Pesan singkat yang dilayangkan via ponselnya juga tidak dibalas. (is)

Kamis, April 16, 2009

Banda Aceh Defisit Air Bersih

16 April 2009, 15:50 Kutaraja Administrator

BANDA ACEH - Akhir tahun 2009, warga Kota Banda Aceh diperkirakan akan semakin kekurangan air bersih. Suplai air dari PDAM Tirta Daroy mengalami defisit hingga 16,22 persen akibat belum berfungsinya jaringan pipa baru dan pencatatan water meter yang tidak akurat. Hal itu terungkap dalam diskusi antara pihak manajemen PDAM Tirta Daroy dengan sejumlah warga Banda Aceh dan Aceh Besar, yang difasilitasi Palang Merah Irlandia, Rabu (15/4).

“Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) akhir Tahun 2009, diperkirakan tingkat kehilangan air mencapai 16,22 persen. Dengan asumsi, yang didistribusikan sebesar 1.358.465 M3 dan air yang terjual sebesar 1.138.052 M3,” ungkap Azhari, Direktur Keuangan PDAM Tirta Daroy, dalam diskusi yang juga dihadiri sejumlah lembaga donor, kemarin.

Dia menjelaskan, penyebab kehilangan air itu dikarenakan pembacaan water meter yang terpasang tidak akurat. Disamping masih menggunakan jaringan pipa lama yang rawan terjadi kebocoran, dan belum berfungsinya jaringan pipa baru secara optimal.

“Sedangkan penyebab putusnya suplai air ke Desa Deah Raya dan Alue Naga, karena kerusakan jaringan pipa sekunder dari jalur Tibang ke Alue Naga. Hal itu akibat pembangunan jalan di desa setempat. Untuk mengantisipasinya, dalam waktu dekat kami akan melakukan perbaikan jaringan melalui pipa sekunder,” kata Azhari. Dalam kesempatan itu, sejumlah pelanggan PDAM Tirta Daroy dan PDAM Tirta Montala juga menyampaikan keluhannya. Mereka meminta, PDAM tidak melakukan penggalian pipa berulang-ulang. Sehingga mengorbankan pelanggan.

“Menurut kami permasalahan yang dihadapi PDAM selama ini karena kurangnya koordinasi antara PDAM dengan pihak terkait lainnya, dimana saat dilakukan perbaikan ada saja pihak lain melakukan penggalian di lokasi tersebut. Sehingga jaringan yang sudah diperbaiki rusak kembali,” ungkap Muhammad, warga Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.

Smentara itu, gangguan pendistribusian air akan terjadi pada jaringan pipa ke bagian utara Banda Aceh, yaitu Kecamatan Syiah Kuala, Kuta Alam dan Ulee Kareng. Serta bagian selatan yaitu Kecamatan Baiturrahman, Luengbata, Meuraxa, Kutaraja, Bandaraya dan Jayabaru. Seperti dikatakan, gangguan distribusi air ini karena masih berfungsinya pipa tersier lama dan belum berfungsinya jaringan baru secara optimal.(tz)

Senin, April 06, 2009

Tunggakan Listrik di Sabang Rp 1,2 M

6 April 2009, 14:22 Kutaraja Administrator

SABANG - Tunggakan rekening listrik di Sabang hingga akhir Maret 2009 mencapai Rp 1,2 miliar. Jumlah tersebut telah berkurang dari total tunggakan Januari yang mecapai Rp 1,7 miliar.

Manajer PLN Ranting Sabang, Faisal Meuraxa kepada Serambi mengatakan, tunggakan rekening listrik itu umumnya pelanggan rumah tangga. Dari 8.528 pelanggan rumah tangga, swasta dan instansi pemerintah di Sabang, tunggakan rekening listrik PDAM Tirta Aneuk Laot tercatat sebagai yang tertinggi, yaitu mecapai Rp 170,76 juta. Tunggakan rekening listrik pada PDAM itu yaitu pemakaian listrik pada sembilan unit mesin pompa air. Faisal mengimbau warga dan instansi terkait dapat segera melunasi tunggakannya.

Plt Direktur PDAM TAL, Husaini ST yang ditanyai Minggu (5/4) kemarin tentang tunggakan rekening listrik itu menyebutkan tunggakan tersebut lazim terjadi pada awal-awal tahun. Hal itu terjadi lantaran perusahan air minum milik Pemko Sabang itu belum mendapatkan kucuran dana subsidi dari APBK 2009.

Sehingga, tambah Husaini, PDAM belum bisa melunasi sejumlah kewajiban kepada pihak ketiga, termasuk tunggakan rekening listrik PLN. “Adminstrasi keuangan untuk mendapatkan subsidi sudah kita layangkan ke Dewan Pengawas PDAM. Setelah subsidinya keluar tunggakan rekening listirk akan kita selesaikan,”tukas Husaini. Tetapi terhadap jumlah rekening yang tertunggak, kata Husaini masih harus dikoreksi karena pencatatannya meterannya tidak sesuai jumlah yang dicatat PDAM sendiri.(fs)

Jumat, April 03, 2009

Direktur PDAM Tirta Tawar Diganti

3 April 2009, 09:28 Nanggroe Administrator

TAKENGON - Bupati Aceh Tengah yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Muhammad Ibrahim SE, Kamis (2/4) di Gedung Oproom Setdakab Aceh Tengah, melantik Hidayat SE sebagai Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tawar untuk priode 2009 - 2013. Hidayat menggantikan pejabat lama Ir Syukri AB yang telah habis masa jabatannya. Pelantikan itu dihadiri oleh seluruh pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di daerah itu.

Saat pelantikan itu, Sekda mengatakan, layanan air bersih selama dua tahun terakhir belum maksimal. Komitmen PDAM Tirta Tawar sebagai perusahaan layanan publik hanya sebatas janji-janji belaka. “Tanpa harus mencari siapa yang salah dan siapa yang benar, tuntutan warga Gayo terhadap pelayanan air bersih harus ditanggapi oleh direktur PDAM Tirta Tawar yang baru,” katanya.

Di daerah lain, kata Sekda, pasokan air bersih dan sehat sangat lancar, bahkan pelanggan PDAM dapat meminum langsung air bersih dari kran yang ada di rumahnya. Untuk mencapai tahapan itu, sebut Muhammad Ibrahim, dibutuhkan sarana teknologi pengolahan air moderen dan canggih dengan dana besar.

Ia mengatakan, PDAM Tirta Tawar adalah perusahaan milik daerah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pemasukan Pendapatan Asli daerah (PAD) Aceh Tengah. “Anekdot, PDAM Tirta Tawar selalu merugi harus dirubah dengan menerapkan manajemen profesional sehingga menghasilkan keuntungan setiap tahunnya,” ujarnya. (min)