Minggu, Agustus 31, 2008

Belanda Hibahkan Rp 1,2 Triliun untuk Bangun Tujuh PDAM Aceh


Serambi Indonesia
Jumat, 31 Agustus, 2007

Banda Aceh: Gabungan Perusahaan Air Minum Belanda (SAB-SAS) memberikan bantuan 10 miliar Euro atau sekitar Rp 1,2 triliun untuk pembangunan instalasi dan pengolahan air minum di tujuh kabupaten/kota pada wilayah timur dan utara Aceh.

Penyerahan bantuan itu diawali dengan penandatanganan Letter of Intent (LoI) for Information of A Regional Aceh West Coast Water Company, Kamis (30/8), di Pendapa Gubernur Aceh yang disaksikan Wagub Muhammad Nazar dan Perwakilan dari Belanda, Mr Taco de Vries.

Program Manager Gabungan Perusahaan Air Minum Belanda (SAB-SAS), Taco de Vries dalam sambutannya mengatakan, sistem pengelolaan perusahaan air bersih yang selama ini diterapkan di tujuh kabupaten/kota pada wilayah pantai timur-utara Aceh itu belum menguntungkan. Alasannya, karena antara satu dengan lainnya belum terintegrasi, sehingga membuat tarif air jadi tak seragam dan biaya operasi jadi tinggi.

Misalnya, Aceh Tamiang dengan Kota Langsa. Perusahaan daerah air minumnya terpisah, padahal rencana pengembangan perusahaan air minum Kota Langsa harus mengambil air baku dari wilayah Tamiang. Kedua perusahaan air minum ini ditambah Aceh Timur, industri pengolahan air minumnya perlu digabung jadi satu untuk memperkuat sistem, sehingga biaya pengolahan menjadi lebih efisien dan efektif. Begitu juga Kota Lhokseumawe dengan Aceh Utara, Bireuen dengan Pidie Jaya yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Pidie.

Ketujuh perusahaan air minum daerah itu, menurut Mr Taco de Vries, jika manajemennya disatukan, maka pelayanan kepada konsumen bisa lebih memuaskan dan pasti. Tidak seperti yang terjadi sekarang, pelayanan kepada pelanggan PDAM belum memuaskan, akibat terbatasnya kemampuan suplai dan besarnya biaya operasi yang dikeluarkan.

Dengan disatukannya manajemen pengelolaan kedua PDAM tersebut, katanya, maka tarif air bisa seragam dan biaya pengolahannya menjadi lebih irit.

Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar mengatakan, kerja sama ini sangat penting, apalagi menyangkut kebutuhan dasar orang banyak, yaitu air bersih. “Atas nama Pemerintah Aceh, kami ucapkan terima kasih dan mendukung sepenuhnya rencana Asosiasi Perusahaan Air Minum dari Belanda yang akan membangun sistem dan produksi pengolahan air minum pada tujuh kabupaten/kota dalam wilayah pantai timur utara Aceh. Kecuali itu, jumlah dana yang dihibahkan untuk maksud tersebut juga cukup besar mencapai 10 miliar Euro, sekitar Rp 1,2 triliun,” kata Wagub.

Kepada Azhari Ali SE yang telah dipercayakan pihak SAB-SAS Belanda sebagai pimpinan regionalisasi PDAM pantai timur-utara Aceh itu, Wagub berharap, bisa melaksanakan tugasnya secara profesional, membawa PDAM Tirta Mon Pase, Aceh Utara, sebagai pilot project yang menjadi triaksi peningkatan derajat kesehatan masyarakat di tujuh kabupaten/kota.

Program itu, sebut Wagub, merupakan seruan aksi nasional yang telah dideklarasikan Menko Kesra pada 21 November 2005. Kecuali itu, penghargaan Satya Lencana Kebaktian Sosial yang pernah diterima dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, harus bisa menjadi tolok ukur suksesnya program ini.

Walikota Langsa, Zulkifli Zainon, yang dimintai Serambi tanggapannya mengatakan, Pemko dan warga Kota Langsa mengharapkan program pembangunan jaringan dan produksi air minum terpadu regional pantai timur-utara Aceh ini bisa cepat diselesaikan. “Dalam pelaksanaan proyeknya harus menggunakan ukuran standar dan kualitas yang jelas, serta tidak KKN,” timpalnya.

Apalagi, menurutnya, sumber air baku dan pabrik pengolahan air minum yang ada di Kota Langsa sekarang merupakan peninggalan zaman Belanda, sehingga hanya mampu mensuplai 10-20 persen dari kebutuhan air penduduk.

“Kalau bantuan Belanda itu nanti selesai, ini akan menjadi sejarah penting bagi Kota Langsa. Artinya, peninggalan PDAM Belanda itu akhirnya diganti oleh Belanda juga ,” ujarnya. (her)