Selasa, Oktober 12, 2010

Pelatihan Manajemen Air Minum Tingkat Utama

Berdiri dari kiri ke kanan : Badruz zaman, SE (Dewan Pengawas PDAM Delta Tirta, Sidoarjo); Suparto Edi Sucahyo, SE,ST,MT (Dir PDAM Tirta Agung Temanggung); Endang Effendi, SE,MM (Dir Umum PDAM Tirta Dharma Ayu Indramayu); Ir. Yusuf Tauddin (Dir PDAM Halmahera Selatan); Faisal Mustafa, SE (Dir PDAM Kota Payakumbuh); Darwinsyah, SE (Eks Dir PDAM Tirtasari Binjai); Dewa Nyoman Putra, SH (Dir Umum PDAM Gianyar Bali); Sugeng, SE (Dir Adm & Keuangan PDAM Wonosobo); Darsawi, SP (Kabag Teknik PDAM Cirebon); Ir. Firdaus (Dirut PDAM Tirta Mayang Jambi); Abdul Bahid, SE.PIA (Dir PDAM Tanah Laut Kalsel); I Nyoman Nuka, ST (Dir Teknik PDAM Gianyar Bali); Noldy DP Mumu, SE (Dirut PDAM Kota Kupang NTT); H.Yusuf Sudrajat, SE (Kabag SDM PDAM Tirta Pakuan Bogor); Ir. Rasmal K (Dir PDAM Tirta Fulawan S'lue Aceh); Drs. Ashari Mardiono (Dir Produksi PDAM Surya Sembada Surabaya); Daniel Johanis Fony, ST.MM (Gen Manager PT.Tirta Artha Buana Bali); Drs. R.Sudrajat (Manager Pusat Data & Info PDAM Bandarmasih, Banjarmasin); S.Kusmanto, BSc (Sekretaris LDP-YPTD).
Duduk depan : Gani Ismoyo, SE.Ak (Bendahara YPTD); Ir. Budi Sutjahyo, IPM.MT (Ketua LDP-YPTD); Dra.Menterian Butar Butar (Manager Kepatuhan PDAM Bandarmasih, Banjarmasin); Ir. Rama Boedi, MSi (Ketua YPTD Pamsi); Ir. Hiffzillah RS (Sekretaris YPTD Pamsi).
Satu peserta tak terlihat dalam foto : Ir. Sri Harjito, MSi (Dirut PDAM Kapuas, Kalteng)

 "Udah pada sepuh, masih juga di test ujian akhir ya....!?" Sembur ketua kelas bu Menteria.
"Akh gak la yau.....aku kan masih muda lho bu, liat aja bajuku beda dengan yang tua-tua...!" Timpal pa Sugeng utusan PDAM Wonosobo. Sebaliknya tanpa peduli dengan sekeliling, dua rekan lainnya p'Sri Harjito dan p'Faisal sibuk dan ribet dengan buku-buku 'contekan'.


Kali ini wong Aceh duduknya diapit oleh dua rekan dari Bali (p'Putra & p'Daniel)
 
 "Husss, jangan potret-potret melulu dong, menggganggu konsentrasi aja nih..!" Komentar gusar p'Ashari yang disebelah tempat duduknya dan lagi tekun menulis, p'Nouldy dari Kupang.

 "Temanin p'Hendro Sasongko, mana tau dilulusin segera waktu uji sertifikasi..!" Cetus p'Faisal dari PDAM Payakumbuh yg duduk disamping bung Reza anggota tim sertifikasi uji kompetensi LDP-YPTD.





Kamis, September 30, 2010

Gawat, Jika Sambungan Liar PDAM Libatkan Orang Dalam

Air bersih merupakan kebutuhan dasar rakyat. Salah satu indikator keberhasilan pemerintah juga terbaca dari berhasil tidaknya pemerintah menjamin kebutuhan air bersih untuk rakyatnya.

Di Kota Banda Aceh, layanan air bersih dipercayakan kepada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Daroy. Hingga saat ini tercatat lebih 40.000 pelanggan yang menggantungkan kebutuhan air bersihnya kepada perusahaan tersebut. Sebagai perusahaan yang mengemban tanggung jawab strategis, wajar jika setiap waktu PDAM berhadapan dengan komplain, keluhan, dan ragam masalah lainnya dari pelanggan. Sejatinya, PDAM selalu dituntut memberikan pelayanan maksimal.

Dalam pekan-pekan ini, manajemen PDAM Tirta Daroy menurunkan tim penertiban untuk normalisasi jaringan. Targetnya adalah memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan guna menjawab keluhan lemahnya tekanan ke kawasan-kawasan tertentu. Padahal pihak PDAM Tirta Daroy menyatakan tekanan yang dilepas dari instalasi pengolahan di Lambaro sudah maksimal.

Pembentukan tim ini, sebagaimana dilansir Serambi, didasari dugaan tingginya pencurian air yang mengakibatkan tekanan melemah. Karenanya, sambil melakukan pembenahan pada sistem jaringan, tim mengendus kemungkinan adanya sambungan ilegal, baik yang dilakukan oleh pelanggan maupun yang bukan pelanggan.

Meski kasus pencurian air bukan sesuatu yang baru, tetapi kualitas kejahatannya disinyalir semakin meningkat. Salah satunya adalah temuan sambungan ilegal yang dilakukan dengan sangat rapi dengan instalasi rumah yang nyaris sama dengan spesifikasi teknis PDAM. Ini ditemukan antara lain di Kompleks Perumahan Buddha Tzu Chi, Panteriek, Kecamatan Luengbata, Kota Banda Aceh.

Ibarat kata pepatah, sepandai-pandai menyembunyikan bangkai, baunya tercium juga. Kasus itu terungkap karena data pemakaian air pada water meter tidak wajar. Berdasarkan kejanggalan itu, tim meneliti jaringan pipa, siapa tahu ada yang di by pass tanpa masuk water meter. Namun tidak ditemukan penyimpangan jaringan. Semua melewati sistem pencatat.

Tim melakukan pemeriksaan secara lebih detail. Akhirnya diketahui ada dua jalur pipa yang terkoneksi ke water meter, namun salah satunya menggunakan stop kran yang jika diatur pada posisi on, air yang masuk berasal dari jaringan  yang tidak terbaca meter. Untuk mengelabui petugas, jaringan dibuat sedemikian rupa sehingga semuanya seperti terkoneksi ke water meter. Semua jaringan tertanam sempurna di bawah beton lantai. Pelanggan bersangkutan mengaku tak ingat siapa yang mengerjakan jaringan di rumahnya. Namun hampir bisa dipastikan pekerjaan itu dilakukan oleh orang-orang berpengalaman bahkan tak tertutup kemungkinan mitra PDAM atau malah orang dalam di perusahaan itu sendiri.

Secara kuantitas bisa jadi kasusnya masih relatif kecil, tetapi yang perlu diwaspadai oleh PDAM adalah kualitas pencurian air yang semakin meningkat. Karenanya penertiban yang sedang dilakukan harus didukung. Harus ada sanksi yang tegas kepada siapa saja yang terbukti melakukan kejahatan, tak terkecuali orang-orang yang membantu kejahatan tersebut. Apalagi kalau sampai melibatkan orang dalam, ini akan sangat gawat dan berbahaya. (Sumber : Harian Serambi Indonesia)

Senin, September 06, 2010

Enam Bulan PDAM Macet di Kutapanjang

BLANGKEJEREN - Masyarakat di Kecamatan Kutapanjang, sudah enam bulan tak dapat menikmati air PDAM Tirta Sejuk Blangkejeren, Gayo Lues. Bahkan air yang disuplai perusahaa daerah itu hanay dapat dinikmati beberapa desa yang ada di kawasan Kutapajang. Beberapa warga terpaksa membangun sumur bor untuk mendapatkan air bersih.

Sulaiman, seorang pelanggann PDAM di Kutapanjang kepada Serambi Minggu (5/9) mengatakan, sejumlah pelanggan di Kutapanjang dan Desa Tampeng dan beberapa desa lainnya mengeluh sejak enam bulan terakhir ini, akibat suplai air bersih dari PDAM Tirta Sejuk macet. Padahal, para pelanggan tetap membayar rekening rutin setiap bulan Rp 10.000.

“Pembayaran ditetapkan setiap bulan senilai Rp 10.000 tersebut, karena suplai air bersih kesetiap rumah pelanggan tidak ada yang memiliki meteran, sehingga bebas pakai, akibatnya enam bulan terakhir ini air bersih itu selalu macet. Air PDAM juga tak mengucur lagi ke Masjid Raya Kutapanjang,” ujar Sulaiman.

Ironisnya, setelah air PDAM tidak mengalir, pengawasan jaringan dari pihak perusahaan air milik daerah itu juga sangat jarang. Sehingga banyak masyarakat yang menyambung sendiri pipa air ke rumahnya. Hal yang sama diungkapkan Ali warga Kutapanjang. Katanya, banyak masyarakat yang menggali sumur bor. Sebab, masyarakat telah bosan melaporkan masalah krisis air bersih itu ke pihak manajemen PDAM Tirta Sejuk. “Padahal, keluhan pelanggan soal macetnya air PDAM itu sudah pernah disampaikan kepada pihak PDAM, namun hingga kini belum ada penanganan dari pihak perusahaan,”ujar Ali.(c40)

Jumat, September 03, 2010

Ampon Ayub Siap Pimpin PSAB

BANDA ACEH  - Calon Ketua Umum PSAB Aceh Besar, Teuku Novizal Aiyub siap memimpin bonden Aceh Rayeuk itu jika terpilih dalam Musyawarah Kabupaten (Muskab). “Asal ada dukungan dari publik baik Pemkab, DPRD, dan juga kalangan sepakbola di Aceh Besar, saya siap untuk memimpin plus membawa PSAB untuk maju. Tanpa dukungan semua pihak, tentu sangat sulit memimpin PSAB,” ungkap Ampon Yub, sapaan akrab T Novizal Aiyub, sore kemarin kepada Serambi.

Pada bagian lain, T Novizal Aiyub yang juga Dirut Tirta Montala itu menambahkan, kalau nanti terpilih dirinya bakal langsung mengadakan konsolidasi pengurus. Karena, ia ingin pengurus periode empat tahun ke depan bisa bekerja untuk kemajuan PSAB. “Organisasi ini bukan hanya untuk numpang nama saja. Saya memiliki komitmen buat memilih pengurus yang loyal, mau berkerja, serta siap berkorban bagi PSAB. Terpenting lagi, mereka bukan mencari hidup di PSAB,” tegasnya.

Sosok Ampon Yub di kalangan pecinta sepakbola Aceh Rayeuk, boleh di bilang dikenal. Pasalnya, pada musim 2008/2009 divisi II, Ampon Yub tampil sebagai manajer. Bahkan, ketika itu, PSAB sukses promnosi ke divisi I Liga Amatir Indonesia.

Di kesempatan itu, Ampon menambahkan, jika dia terpilih selepas Muskab bersama dengan pengurus lain dirinya akan bergerak cepat untuk membentuk, dan juga melakukan persiapan tim. Hal ini tak lepas karena skuadra PSAB akan ikut kompetisi Divisi II yang digelar 26 September mendatang. “Prioritas kita adalah memakai jasa pemain lokal Aceh Besar,” sebut Ampon Yub.

Menurut dia, rekrutmen pemain lokal ini memang mutlak diperlukan PSAB untuk memperkuat kekuatan dalam kompetisi ke depan. Karena pemain lokal lebih membanggakan daerah bila sukses dalam setiap kompetisi. “Apalagi akan lebih banyak masyarakat Aceh Besar yang mendukung tim kesayangannya bila diperkuat oleh pemain lokal,” ujarnya.

Dikatakan Novizal, banyak talenta lokal yang selama ini masih kurang mendapat pembinaan yang intensif untuk menjadi pemain profesional. Karena, di Aceh Besar sendiri cukup banyak digelar kompetisi antarkampung dan kecamatan. Dari kompetisi itu, sebutnya, pasti muncul pemain-pemain berbakat yang bisa diandalkan untuk memperkuat PSAB.

“Dari 23 kecamatan yang ada di Aceh Besar, cukup satu pemain saja diambil berarti ada 23 pemain. Ini sudah cukup menjadi satu klub yang kuat dan yang kita banggakan. Jadi fokus pengurus PSAB baru kedepan adalah memanfaatkan talenta lokal. Sistem rekrutmen pemain juga harus berdasarkan kemampuanya, buka karena ada unsur kedekatan dengan pengurus. Disamping kita bangga dengan pemain lokal, juga bisa menghemat anggaran daripada mengontrak pemain dari daerah lain,” ujar Novizal yang mengaku siap maju bila didukung oleh klub-klub di Aceh Besar.

Seperti diketahui, kecuali Novizal Aiyub, figur ketua umum untuk memimpin bonden Aceh Rayeuk itu yang disebut -sebut tercatat, Tgk Saifuddin (Ketua DPRK Aceh Besar), Anwar Ahmad (Wakil Bupati), dan mantan bendahara PSAB periode lalu, Nasrullah.

5 September
Sementara Ketua Harian PSAB, Bahrul Jamil yang dihubungi Serambi tadi malam, mengakui, bahwa pihaknya kemungkinan akan menggelar Muskab pada hari Minggu (5/9) mendatang. “Semua bahan buat Muskab sudah siap. Kita ingin Muskab jangan lewat pekan pertama bulan ini,” katanya.

Pada kesempatan itu, Bahrul Jamil meminta kepada pengurus klub di bawah bendera PSAB untuk secepatnya menghubungi panitia. Di mana setiap peserta mewakili klub sebanyak satu orang. Mereka terdiri dari ketua umum, ketua harian, dan sekretaris umum dengan membawa surat mandat. “Bila ketua umum, ketua harian atau sekretaris berhalangan hadir dapat diwakilkan kepada salah seorang pengurus harian lain dengan membawa mandat penuh yang ditandantangani ketua umum atau juga sekretaris,” jelasnya.

Untuk memastikan keikutsertaan dalam Muskab tersebut, maka peserta atau wakil klub-klub bisa menghubungi Sekretariat panitia pelaksana Muskab PSAB di bagian Humas dan Protokoler Setdakab Aceh Besar di Jantho. Selain itu, bisa juga menghubungi Muzakkir (08126974175) serta Roesfizal (08126940500).(ran/hd)

Jumat, Agustus 27, 2010

320 KK konsumsi air asin

ACEH TIMUR - Sejak merdeka hingga kini sedikitnya 320 Kepala Keluarga (KK) di Desa Kuala Simpang Ulim, Kecamatan Simpang Ulim, Kabupaten Aceh Timur, masih konsumsi air asin. Pasalnya, di wilayah pesisir itu hingga kini belum tersedia air bersih yang layak dikonsumsi.

Abu Rih, (35), tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan, kondisi seperti itu telah dialami sejak merdeka, namun yang sangat terasa pasca tsunami akhir 2004 silam.

“Sebelum tsunami jalan dan jembatan masih bagus, jadi mobil tangki yang mengangkut air bersih bias masuk, tapi sekarang akibat tidak ada lagi jembatan sehingga air harus didatangkan dengan sepeda motor, dan harganya lumayan mahal,” tuturnya, pagi ini.

Abu Rih menjelaskan, jembatan yang putus akibat diterjang tsunami yakni jembatan utama yang menghubungkan Desa Kuala Simpang Ulim dengan pusat ibukota.

“Selama ini hampir ribuan jiwa disini mengkonsumsi air asin, pasalnya instalasi yang telah dipasang pihak PDAM, hingga kini tidak dialiri air,” sebut Abu Rih.

Menurutnya, untuk pemasangan instalasi air bersih oleh PDAM, masyarakat telah membayarnya dengan harapan air bersih segera masuk ke sana.

 Tetapi, lanjutnya, yang didapatkan masyarakat berbalik, hingga bertahun-tahun belum ada tanda-tanda akan masuknya air bersih ke sana melalui instalasi yang telah terpasang hingga ke rumah-rumah.

Dalam mendapatkan air bersih, katanya, warga yang mampu terpaksa membeli air bersih dari pemasok dengan harga Rp7.000 per jerigen. Sementara bagi warga yang tidak mampu membeli harus mengkonsumsi air asin yang ada di dalam sumur masing-masing.

“Pihak PDAM berjanji setelah selesai pemasangan pipa, langsung dialiri airnya, tapi nyatanya tidak, sudah bertahun-tahun belum juga dipasok sesuai dengan prosedur yang ada,” sebut Abu Rih dengan nada geram.

 Atas ketidakpuasan masyarakat di Kuala Simpang Ulim, pihaknya kembali menyarankan agar segera dipasok air bersih yang layak dikonsumsi, sehingga kondisi krisis air bersih dapat segera diakhiri.

 “Herannya, sudah berulangkali hal ini disampaikan kepada DPRK Aceh Timur, namun tidak ada hasil apapun,” sebutnya.

Editor: WAHYU HIDAYAT
(dat04/wsp)

Air PDAM Tirta Tawar Keruh

TAKENGON - Sejak beberapa pekan terakhir sejaumlah pelanggan PDAM Tirta Tawar di Takengon, Aceh Tengah, mengeluh. Pasalnya air bersih yang disuplai perusahaan daerah itu ke beberapa kampung, keruh. Beberapa pelanggan malah terpaksa membangun sumur bor untuk mendapatkan air bersih.

Fitri, seorang pelanggan PDAM warga Kampung Kemili, kepada Serambi, Senin (23/8) mengatakan, sejumlah pelanggan di kampungnya sejak beberapa pekan terakhir mendapat pasokan air keruh, dan tidak layak dikonsumsi. “Sudah beberapa minggu ini kondisi airnya keruh dan berwarna putih susu,” lapor Fitri.

Sementara itu beberapa warga kampung Kampung Baru, dan Takengon Barat, Kecamatan Lut Tawar, terpaksa patungan membuat sumur bor karena sejak beberapa tahun terakhir kesulitan mendapatkan air bersih. Beberapa warga setempat menyesalkan sikap PNPM yang menolak membantu membangun sarana air bersih untuk masyarakat. Padahal, kondisi pasokan air bersih dari PDAM Tirta Tawar, ke daerah itu tidak pernah lagi mengalir.

“Kami meminta kepada pihak PNPM agar bisa dibantu dana, membuat sumur bor untuk kepentingan umum di kampung ini tetapi itupun ditolak,” kata Heri salah seorang warga Kampung Baru, kepada Serambi, Senin (23/8).

Hingga berita ini diturunkan belum didapat konfirmasi dari pihak PDAM Tirta Tawar menyangkut penyebab keruhnya air yang disuplai PDAM kepada pelanggan.(c35)

Sabtu, Agustus 21, 2010

Wali Kota Akui Pelayanan Air Bersih belum Maksimal

Thu, Aug 19th 2010, 14:30
BANDA ACEH - Wali Kota Banda Aceh, Mawardy Nurdin mengaku pelayanan penyediaan air bersih untuk warga kota hingga saat ini belum maksimal. Padahal, berkat bantuan negara donor, instalasi pompa air (Water Treatment Plant) milik PDAM Tirta Daroy di Lambaro kini mampu memproduksi air bersih melebihi kebutuhan seluruh warga Banda Aceh. Namun sebagian kawasan permukiman seperti di Punge Jurong, Ulee Lheue, Lampulo, Keudah, Gampong Jawa, dan sejumlah kawasan lainnya masih saja kesulitan mendapatkan air bersih.

Menurut Mawardy, masalah kebocoran pipa yang belum diperbaiki, banyaknya pencurian air melalui penyambungan pipa secara ilegal, dan pelanggan yang menggunakan pompa penghisap untuk menarik air PDAM, menjadi faktor yang menyebabkan distribusi air ke rumah-rumah warga tidak maksimal.

“Kami mengakui masih ada daerah-daerah yang belum menikmati air bersih, terutama kawasan yang terkena tsunami. Namun, kami sedang berusaha agar daerah tersebut bisa mendapat air bersih secepatnya,” kata Mawardy, Sabtu (14/8). Dalam hal produksi, instalasi pompa air PDAM Tirta Daroy kini mampu menghasilkan 642 liter/detik. Sementara, kebutuhan air untuk warga Kota Banda Aceh hanya 300 liter/detik. Artinya, kapasitas produksi saat ini melebihi kebutuhan warga. “Melihat fakta tersebut, seharusnya pelayanan air sudah maksimal,” ujarnya.

Namun, peningkatan kapasitas produksi itu belum sejalan dengan upaya perbaikan jaringan pipa distribusi. Padahal sejumlah negara donor, khususnya Jepang, sudah membantu penggantian pipa yang rusak sejak beberapa tahun lalu. Sedangkan Pemko Banda Aceh, baru menganggarkan dana untuk perbaikan jaringan tersebut pada tahun 2011.

“Banyak pipa yang bocor membuat air tidak bisa didistribusi secara maksimal. Kami juga mengharapkan warga yang sudah mendapat air bersih tapi belum menjadi pelanggan, agar segera menjadi pelanggan. Dan daerah yang belum dapat air, segera melapor ke PDAM, agar PDAM bisa mencari solusi untuk segera mengatasinya,” kata Mawardy.(c47)