Senin, Oktober 26, 2009

PDAM Tirtanaga berlakukan tarif baru

Monday, 26 October 2009 09:10


Warta - Aceh
WASPADA ONLINE
TAPAKTUAN - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanaga Tapaktuan, kabupaten Aceh Selatan segera memberlakukan tarif baru. Penyesuaian tarif ini untuk memberi kemudahan kepada pelanggan. Pasalnya semakin banyak dikonsumsi, tarifnya semakin murah.

Direktur PDAM Tirtanaga Tapaktuan, Sakdah, pagi ini, mengungkapkan, pemberlakuan tarif baru guna menyesuaian dengan tarif harga dasar yaitu Rp3.500 per meter kubik. Sedangkan tarif yang diberlakukan selama ini jauh di bawah harga dasar yaitu berkisar Rp1.000 sampai Rp1.500 per meter kubik.

Perubahan tarif baru menurut Sakdah, diberlakukan mulai Desember mendatang atau paling lambat Januari tahun depan. “Perubahan tarif ini sesuai Peraturan Bupati (Perbup) Aceh Selatan No 9 tahun 2009 tentang tarif pelayanan PDAM Tirtanaga dan telah mendapat persetujuan DPRK Aceh Selatan,” katanya.

Sakdah membantah perubahan tarif bisa menimbulkan keresahan pelanggan. Sebab tarif yang diberlakukan selama ini merupakan tarif termurah di Indonesia. Di sisi lain perubahan tarif ini dalam rangka kelancaran operasional PDAM Tirta Naga dan peningkatan mutu serta memberi pelayanan lebih baik kepada pelanggan.

Menyangkut terlambatnya pemberlakuan ini dari rencana semula, katanya, kendati pasal 28 Permendagri No 23 tahun 2006 tentang pedoman tehnis dan tata cara pengaturan tarif air membolehkan penyesuaian atas dasar Peraturan bupati (Perbup) lama, namun tidak serta merta dinaikkan begitu saja tanpa melalui proses pengkajian mendalam.

Terkait air masih keruh ketika sedang hujan, katanya diakibatkan satu sumber air belum dipasang reservoir yakni di sumber gampong Batu Itam. Dalam waktu dekat, alat tersebut akan dipasang untuk menjernihkan air minum ketika musim hujan di wilayah Tapaktuan dan sekitarnya.
(dat07/waspada)

Kamis, Oktober 22, 2009

Kerjasama sektor air Belanda-Aceh Utara berlanjut

Thursday, 22 October 2009 07:30


Warta - Aceh
WASPADA ONLINE

ACEH UTARA - Direktur utama PDAM Tirta Mon Pase, Zulfikar Rasyid, mengatakan, kerjasama sektor air Belanda – Aceh Utara terus berlanjut.

“Tim sektor air Belanda mendukung sektor air Sumatera (SAB-SAS) bagian Utara, dan sudah meninjau instalasi pengolahan air bersih, atau Water Treatment Plant (WTP) yang dibangun dua tahun lalu, di desa Babah Krueng, kecamatan Sawang, pedalaman Aceh Utara,” kata Zulfikar Rasyid, kepada Waspada, tadi malam.

Sejak dibangun, katanya, dua WTP itu tidak sempat berfungsi, karena belum sempat dibangun jaringan transmisi dan distribusi sepanjang 18 kilometer. Sejumlah fasilitas pada instalasi penolahan air bersih/WTP itu sudah ada, seperti storage building, reservoir, genset building, chemical building dan officer building.

Namun, karena lama menganggur sehingga dua WTP di desa Babah Krueng (pedalaman Sawang) yang kapasitas 30 liter air/detik itu sudah hilang, sebagiannya sudah diungsikan ke WTP lain di Aceh Utara.

“Tim perusahaan air bersih (air minum) negeri kincir angin itu meninjau, dalam rangka merajut kerjasama kembali dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mon Pase, Aceh Utara,” jelasnya.

Zulfikar meminta warga Aceh Utara dan kota Lhokseumawe, bersabar terhadap dilema distribusi air yang bermasalah akhir-akhir ini. “Kita akan menata kembali dengan menggandeng pihak donatur, menuju PDAM mandiri tanpa harus seluruhnya kepentingan PDAM bergantung pada sharing anggaran daerah, atau uang rakyat,” katanya.

Menurutnya, kebutuhan air minum bagi masyarakat Aceh Utara dan kota Lhokseumawe sangat mutlak. “kita mengharapkan bantuan jor-joran dari NGO asing, seperti pada masa bencana gempa-tsunami di Aceh, kini sudah tidak masanya lagi. Nah, tergantung kepiawian kita mengajak kersama secara simbiose matualistis, demi memenuhi hajat hidup masyarakat di sini,” sebutnya.
(dat07/waspada)



Selasa, Oktober 20, 2009

Tujuh Bulan Karyawan PDAM belum Terima Gaji

20 October 2009, 09:14 Nanggroe Administrator
TAKENGON – Selama tujuh bulan terakhir karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tawar, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, dilaporkan belum menerima gaji. Mandeknya pembayaran gaji itu mengakibatkan PDAM Tirta Tawar, terhutang hingga ratusan juta rupiah kepada karyawan yang bekerja di perusahaan daerah itu.

Ironisnya, terhentinya pembayaran gaji bagi karyawan PDAM Tirta Tawar, telah berlangsung sejak akhir tahun 2008 lalu. Dan hingga kini, tercatat telah tujuh bulan karyawan di PDAM Tirta Tawar, belum menikmati gaji mereka. Pada bulan April 2009 lalu, Direktur PDAM Tirta Tawar telah diganti dari Ir Sukri, diserahkan ke Hidayat, SE. Namun, seiring dengan berakhirnya masa jabatan selaku Direktur PDAM Tirta Tawar, Ir Sukri meninggalkan warisan yakni belum terbayarnya gaji karyawan di perusahaan daerah itu, selama empat bulan.

Terhentinya pembayaran gaji karyawan itu berlanjut di masa jabatan Hidayat SE, selama tiga bulan kembali karyawan PDAM Tirta Tawar, belum menerima gajinya. “Selama direktur yang lama Ir Sukri, empat bulan gaji kami tidak dibayar. Dan ditambah lagi, tiga bulan terakhir kami belum menikmati gaji sepeser pun,” keluh salah seorang karyawan PDAM Tirta Tawar, yang tidak mau namanya diekpos.

Bagian Umum PDAM Tirta Tawar, Kamaruddin, kepada Serambi, Senin (19/10), mengatakan, Direktur PDAM Tirta Tawar Hidayat SE, saat ini sedang berada di Jakarta dalam rangka tugas. Namun, diakuinya selama tujuh bulan gaji karyawan PDAM memang belum dibayar.

Mandeknya pembayaran gaji itu, disebabkan terbatasnya anggaran yang dimiliki PDAM Tirta Tawar, untuk mengaji karyawannya yang disebabkan minimnya penerimaan tagihan rekening dari para pelanggan. “Tiga bulan terakhir sejak Agustus hingga Oktober 2009, gaji karyawan memang belum dibayar. Penyebabnya karena musim kemarau sehingga distribusi air ke pelanggan terganggu yang berdampak pada minimnya pelanggan yang membayar,” kata Kamaruddin.

Menurutnya, mandeknya pembayaran gaji karyawan PDAM, dimulai sejak Desember 2008 dan berlanjut hingga Maret 2009, total empat bulan karyawan tidak menerima gaji. Pada saat itu, Direktur PDAM Tirta Tawar, masih dijabat oleh Ir Sukri. Sedangkan gaji bulan April hingga Juli 2009, telah dibayar lunas. Tetapi memasuki bulan Agustus hingga Oktober 2009, pembayaran gaji karyawan PDAM Tirta Tawar, kembali mengalami kemacetan. “Kami sudah mengusulkan kepada pemerintah untuk dapat membantu menangani krisis ini,” ujar Kamaruddin.

Dikatakan dari data yang ada karyawan yang bekerja di PDAM Tirta Tawar, seluruhnya tercatat 75 orang yang terdiri dari karyawan tetap dan honorer. Sedangkan gaji yang harus dibayarkan mencapai Rp 80 juta per bulannya. “Kami berharap dengan selesainya intake yang baru dibangun nanti bisa membantu semua permasalahan ini,” terang Kamaruddin.

Terbatas dana
Asisten II Pemkab Aceh Tengah, H Sugeng ST, selaku Badan Pengawas PDAM Tirta Tawar menyebutkan, pihaknya sangat prihatin terhadap keadaan yang dihadapi para karyawan perusahaan milik daerah tersebut. Namun, dengan kondisi keterbatasan dana yang dimiliki Pemkab, diharapkan pihak PDAM bisa mengoptimalkan anggaran yang ada.

“Saya tidak bisa memastikan kapan gaji tersebut dibayar, karena memang dana yang ada sangat terbatas. Permasalahan ini sudah kami bicarakan dengan pihak pimpinan daerah,” sebut H Sugeng ST. Untuk itu, lanjut H Sugeng ST, Badan Pengawas menyarankan agar pihak PDAM Tirta Tawar dapat meningkatkan pelayanan, sehingga para pelanggan tidak lagi keberatan untuk membayar tagihan air yang menjadi income utama perusahaan daerah tersebut. “Memang tidak bisa dipungkiri, jika gaji karyawan tidak dibayar bagaimana mereka bisa meningkatkan pelayanan. Tetapi kami akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk pemecahan masalah ini,” pungkas Asisten II Pemkab Aceh Tengah ini.(c35)

Sabtu, Oktober 17, 2009

PDAM Tirta Meulaboh Macet

17 October 2009, 09:33 Nanggroe Administrator

MEULABOH - Ratusan warga Kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, sejak dua hari terakhir mengeluh akibat macetnya pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Meulaboh. Ekses macetnya suplai air membuat aktivitas rumah tangga dan perekonomian terhambat apalagi pasokan air bersih sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Tidak hanya itu, ekses terhentinya pasokan air bersih menyebabkan sebagian warga di Kota Meulaboh terpaksa mandi dan membersihkan wajah menggunakan air mineral.

Abdul Jalil, warga Desa Kuta Padang, Kecamatan Johan Pahlawan, yang mendatangi Biro Serambi Meulaboh, Kamis (15/10), mengatakan, ekses tersendatnya pasokan air bersih bagi masyarakat di wilayah itu menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu. Bahkan banyak warga di wilayah itu tak mandi akibat ketiadaan air bersih. “Jangankan mandi, untuk minum saja kesulitan,” katanya. Menurut Abdul Jalil, pihaknya berharap pada pihak PDAM Meulaboh segera menuntaskan hal ini karena pasokan air bersih tersebut sangat dinantikan masyarakat.

Hal senada diutarakan Hj Nur Ainun, warga Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan. Ia mengatakan, ekses pasokan air bersih terhenti membuat masyarakat mengeluh. “Yang membuat kami semakin heran, asal telat bayar kami langsung di denda, namun pasokan air malah selalu terhenti dan sulit didapatkan,” ujarnya. Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Safrizal Sumajid yang dikonfirmasi Serambi membenarkan hal itu. Menurutnya, terhentinya pasokan air bersih pada sejumlah pelanggan di wilayah itu akibat adanya gangguan pipa intake di Desa Pasi Masjid, Kecamatan Johan Pahlawan. Tentu, kondisi ini menyebabkan pipa distribusi pipa di wilayah itu terlepas akibat pekerjaan pembangunan yang dilakukan rekanan, yang berakibat bergersernya kontur tanah. Ia mengatakan, perbaikan tersebut telah tuntas dilakukan. Ia berjanji sore kemarin pasokan air bersih kepada konsumen di wilayah itu pasokan air kembali didistribusikan dengan baik. “Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan ini, namun perbaikannya sudah berhasil kita atasi,” pungkasnya yang dihubungi via telepon genggam miliknya.(edi)

Rabu, Oktober 14, 2009

Mayoritas Pelanggan PDAM Agara Tunggak Iuran

14 October 2009, 08:23 Nanggroe Administrator
KUTACANE – Sekitar 80 persen pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Agara dari tujuh kecamatan dalam Kabupaten Agara, menunggak. Tunggakan rekening air bersih mencapai Rp 600 juta dan tunggakan itu rata-rata dari tiga bulan hingga bertahun-tahun. Direktur PDAM Tirta Aceh Tenggara, Ir Rahmad Desky, kepada Serambi, Selasa (13/10) mengatakan, sekitar 80 persen dari 5000 pelanggan seluruhnya di tujuh kecamatan menunggak pembayaran rekening air bersih PDAM. Kondisi ini menunjukan kesadaran mereka sangat kurang dalam membayar kewajibannya setiap bulannya. Padahal ini, untuk operasional dalam meningkatkan pelayanan.

Ia menyinggung, tahun 2010, pihak PDAM Tirta Agara, akan mensuplai air bersih berstandar kepada para pelanggan. Selama ini, katanya, air yang disuplai PDAM Tirta Agara sering mati dan terkadang air tersebut berlumpur dan jorok. Hal ini, menurutnya, karena sistem suplai air bersih dari PDAM tidak memiliki saringan sehingga air langsung masuk ke pipa para pelanggan dengan kondisi yang tak terjamin.

Ditambahkan, PDAM Tirta Agara tahun 2010 berencana akan memindahkan induk penampungan air di Lawe Kinga yang akan menghabiskan dana sebesar Rp 5 Miliar lebih dari Otsus Kabupaten dan mereka juga berupaya membenahi pipa-pipa PDAM yang bocor di beberapa titik. Terkait hal itu, Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Sipil (FKMS) Agara, Faisal Kandrin Dube SSos, mengatakan, selama ini pelayanan PDAM Tirta Agara sangat buruk. Dikatakan, suplai air bersih yang disuplai tak layak dikomsumsi, apalagi pada saat musim penghujan. FKMS Agara meminta, pemerintah daerah secepatnya untuk membenahi PDAM karena air merupakan kebutuhan orang banyak.(as)

Selasa, Oktober 06, 2009

Aceh miliki instalasi air bersih darurat bencana

Tuesday, 06 October 2009 10:58


Warta - Aceh
WASPADA ONLINE

BANDA ACEH - Provinsi Aceh memiliki lima unit instalasi air bersih khusus untuk penanganan darurat bencana, siap dikerahkan membantu masalah air yang dialami masyarakat korban gempa di Sumatera Barat (Sumbar).

"Kami memiliki lima unit instalasi yang siap dioperasikan untuk penanganan darurat pascabencana alam, termasuk di Sumbar," kata koordinator air minum pascatsunami Aceh, Azhari Ali, tadi pagi.

Instalasi air bersih itu siap dioperasikan, namun pihaknya tidak memiliki dana untuk mengirim mesin ke daerah bencana guna membantu kebutuhan darurat air bersih masyarakat korban gempa di Sumbar. Pihaknya sudah menyiapkan teknisi untuk mengoperasikan instalasi air bersih tersebut guna mengatasi masalah air bersih bagi masyarakat korban bencana alam.

"Kami berharap ada pihak donor atau Pemerintah Provinsi Aceh untuk menanggulangi masalah biaya pengangkutan instalasi tersebut ke Sumbar," kata Azhari menambahkan.

Instalasi itu merupakan bantuan dari pihak donor internasional dan pernah dioperasikan untuk menanggulangi kebutuhan air bersih masyarakat korban bencana alam tsunami di Aceh, 26 Desember 2004. Instalasi ini tersimpan di sejumlah daerah di Aceh seperti kota Banda Aceh dan Lhokseumawe. Yang jelas, mesin dan teknisinya siap dikerahkan ke daerah darurat pascabencana," katanya.

Dipihak lain, Azhari Ali menjelaskan para teknisi instalasi air bersih di Aceh itu telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari para instruktur Amerika Serikat. Bencana tsunami di Aceh mengakibatkan kerusakan instalasi air bersih, selain menelan korban jiwa ratusan ribu warga dan kehancuran garis pantai sepanjang sekitar 800 meter pada 2004.
(wol22/ann)

Aceh miliki instalasi air bersih darurat bencana

Tuesday, 06 October 2009 10:58


Warta - Aceh
WASPADA ONLINE

BANDA ACEH - Provinsi Aceh memiliki lima unit instalasi air bersih khusus untuk penanganan darurat bencana, siap dikerahkan membantu masalah air yang dialami masyarakat korban gempa di Sumatera Barat (Sumbar).

"Kami memiliki lima unit instalasi yang siap dioperasikan untuk penanganan darurat pascabencana alam, termasuk di Sumbar," kata koordinator air minum pascatsunami Aceh, Azhari Ali, tadi pagi.

Instalasi air bersih itu siap dioperasikan, namun pihaknya tidak memiliki dana untuk mengirim mesin ke daerah bencana guna membantu kebutuhan darurat air bersih masyarakat korban gempa di Sumbar. Pihaknya sudah menyiapkan teknisi untuk mengoperasikan instalasi air bersih tersebut guna mengatasi masalah air bersih bagi masyarakat korban bencana alam.

"Kami berharap ada pihak donor atau Pemerintah Provinsi Aceh untuk menanggulangi masalah biaya pengangkutan instalasi tersebut ke Sumbar," kata Azhari menambahkan.

Instalasi itu merupakan bantuan dari pihak donor internasional dan pernah dioperasikan untuk menanggulangi kebutuhan air bersih masyarakat korban bencana alam tsunami di Aceh, 26 Desember 2004. Instalasi ini tersimpan di sejumlah daerah di Aceh seperti kota Banda Aceh dan Lhokseumawe. Yang jelas, mesin dan teknisinya siap dikerahkan ke daerah darurat pascabencana," katanya.

Dipihak lain, Azhari Ali menjelaskan para teknisi instalasi air bersih di Aceh itu telah mendapat pendidikan dan pelatihan dari para instruktur Amerika Serikat. Bencana tsunami di Aceh mengakibatkan kerusakan instalasi air bersih, selain menelan korban jiwa ratusan ribu warga dan kehancuran garis pantai sepanjang sekitar 800 meter pada 2004.
(wol22/ann)