Jumat, Mei 22, 2009

PDAM Tirta Tamiang alirkan 'kopi susu'


Cetak E-mail
Friday, 22 May 2009 13:31 WIB
WASPADA ONLINE

KUALA SIMPANG - Pipa instalasi PDAM Tirta Tamiang sering meledak, sehingga distribusi air kepada pelanggan di Kota Kualasimpang, khususnya untuk Desa Bukit Tempurung dan Perdamaian serta sejumlah kawasan lainnya sempat tidak menetes. Selain itu, informasi yang diterima, PDAM itu juga sering mensuplai air yang warnanya tak ubah seperti 'kopi susu'.

Sementara status PDAM Tirta Tamiang sampai saat ini tidak jelas, karena belum adanya Qanun (Perda). Bahkan, menurut informasi, Qanun untuk PDAM meski sudah berlangsung lama tetapi belum mampu disahkan DPRK, sehingga DPRK terkesan tak mampu 'melahirkan' Qanun PDAM Tirta Tamiang membuat statusnya tak jelas.

Direktur PDAM Tirta Tamiang, Suheri, ketika ditanya, tadi pagi, membenarkan kadang air tidak menetes ke rumah pelanggan di seputaran kota Kualasimpang, terutama Desa Bukit Tempurung dan Perdamaian karena ada pipa yang meledak atau pecah, dan ada pula pipa GIP yang sambungannya lepas, sehingga pelayanan belum maksimal.

Menurut Suheri, pipa GIP pecah karena tak layak lagi dipakai, sehingga perlu ada penggantian pipa GIP dengan pipa PVC ukuran 250 mm supaya suplai air berjalan lancar.

Menyinggung masih adanya pelanggan menerima distribusi air berwarna seperti 'kopi susu' atau keruh berlumpur, Suheri juga tidak membantah. Menurut Suheri, untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilaksanakan pembuatan Water Treatment Plaint (WTP) atau instalasi pengolahan air (IPA) di Minuran, Kejuruan Muda, Kab. Aceh Tamiang berkapasitas 10 x 2 atau 20 liter/detik. Pembuatan WTP merupakan bantuan hibah dari Belanda. Selain membuat WTP di Minuran, Belanda juga memberi bantuan hibah berupa pipa yang dipasang di jembatan Sungai Tamiang sepanjang 320 meter.

"Pipa yang dipasang di jembatan itu untuk mendistribusi air dari IPA Karang Baru kepada pelanggan di Kota Kualasimpang. Namun karena terjadinya skaling pada pipa-pipa GIP, membuat suplai air belum lancar sampai ke pelanggan," tutur Suheri.

Direktur PDAM Tirta Tamiang itu juga mengungkapkan, pelanggan kadang-kadang menerima air berwarna keruh karena pompa INTAKE air di Minuran lebih cepat mendistribusi air, sedangkan pompa yang ada merupakan pompa lama dan lebih lambat.

Sehingga, lanjut Suheri, kemungkinan petugas tidak sabar menunggu 2 sampai 4 jam, mengakibatkan terjadilah pendistribusian air berwarna seperti 'kopi susu'. Namun kondisi itu, janji Suheri, akan segera diatasi dan supaya pelayanan lancar pipa GIP harus diganti.

Menyinggung status PDAM, Suheri mengaku tidak tahu kenapa Qanun PDAM Tirta Tamiang belum ada. "Terus terang kalau soal Qanun saya memang tidak tahu kenapa belum juga disahkan DPRK. Begitu juga soal penyerahan aset PDAM dari Aceh Timur kepada Aceh Tamiang, karena saya masih baru," kata Suheri.
(dat01/ann)

Tidak ada komentar: