Minggu, April 19, 2009

Ibu Kota Aceh Timur tanpa Air Bersih

* Warga Idi Rayeuk Beli Air dari Becak

19 April 2009, 09:39 Nanggroe Administrator

IDI - Idi Rayeuk, sebagai pusat ibu kota Aceh Timur dilaporkan tidak memiliki suplai air bersih untuk dikonsumsi warga yang bermukim di sana. Bahkan, masyarakat setempat hanya mengandalkan air bersih yang diangkut dengan becak oleh pedagang keliling. Malah untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, ratusan KK yang bermukim di Kuala Idi, terpaksa mengangkut air dari sumur bor. Kondisi yang sama juga dialami oleh ratusan KK lain yang bermukim di sekitar pusat ibu kota kabupaten seperti Julok, lantaran suplai instalasi air PDAM dari Lhoknibong sudah bermasalah sejak setahun terakhir.

Zainuddin Salam, tokoh masyarakat Idi Rayeuk kepada Serambi, Sabtu (18/4) mengatakan, kondisi ketiadaan air bersih di pusat ibu kota Aceh Timur, itu sudah lama terjadi. “Kondisi ini sudah lama berlangsung, warga juga sudah sering mengutarakan pada setiap kesempatan. Tinggal lagi keseriusan pihak PDAM dan Pemda mencari jalan keluarnya,” ungkap Zainuddin Salam.

Menurut dia, untuk memenuhi kebutuhan air minum, masyarakat setempat selama ini terpaksa membeli air per jeriken yang dijajakan pedagang dengan becak setiap harinya. Harga air ini bisa mencapai Rp 20 ribu per jeriken besar (200 liter). Menurut dia, sebagai pusat kabupaten sudah seharusnya di Idi Rayeuk didirikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Apalagi jumlah penduduk di kota ini terbilang padat. “Kita tentu merasa malu kalau ada tamu yang datang mendapati Idi Rayeuk tanpa air bersih,” ujarnya.

Dikatakannya, jaringan PDAM yang ada di Lhoknibong sudah lama hancur. Ketika pertama dibangun memang lancar, tapi kini sudah lama tidak berdenyut lagi. “Karena itu, pemerintahan daerah harus benar-benar memperhatikan, apalagi sudah jadi ibu kota yang baru,” ungkap Zainuddin yang juga Ketua MPW SIRA itu.

Kondisi yang sama juga dialami oleh para pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirta Peusada yang mengeluhkan suplai air PDAM dari Lhoknibong tidak lancar. Malahan ada yang sudah lima bulan tidak menerima suplai air sedikitpun.“Sejak dari bulan puasa tahun 2008, sampai hari ini tidak pernah menerima air sedikit pun, tapi beban tetap kami bayar. Yang anehnya dalam beberapa bulan ini, saat saya mencoba membuka kran air malah semut hitam yang keluar,” ujar Zulkarnain, warga Ulee Ateung, Julok kepada wartawan, Jumat (17/4).

Hal senada juga diutarakan tokoh masyarakat Julok, Nasir. Menurut dia, pelayanan PDAM di Kecamatan Julok selama ini, hanya menyuplai angin bukan air. “Kita heran juga, kalau memang ada perbaikan kok lama sekali,” katanya dengan nada ketus. Sementara itu, Kepala PDAM Tirta Peusada Aceh Timur, Ir Faisal Saifuddin saat dihubungi Serambi kemarin sore tidak mengangkat telepon selulernya. Pesan singkat yang dilayangkan via ponselnya juga tidak dibalas. (is)

Tidak ada komentar: