Sabtu, Mei 14, 2005

Mesin Daur Ulang Air Bersih Terbengkalai

Serambi Indonesia
Sabtu, 14 Mei 2005



SIGLI - Satu unit mesin pompa daur ulang air bersih bantuan Jepang untuk pengungsi, dan warga Kota Sigli, Kabupaten Pidie, terkesan terbengkalai. Kini, bantuan yang diletakkan di depan pendopo tersebut, sudah lama tak berfungsi lagi sehingga warga sangat kecewa, terlebih suplai air dari PDAM Tirta Mon Krueng Baro kurang lancar.

Seperti diketahui, pada awal bencana tsunami melanda Pidie, Jepang memberi bantuan satu unit mesin daur ulang air bersih. Alat tersebut berfungsi mendaur ulang air laut, sehingga menjadi air bersih layak dikonsumsi. Dibangunnya mesin daur ulang air bersih tersebut bertujuan untuk mengatasi krisis air bersih, khususnya bagi warga Kota Sigli. Ironisnya, kini alat tersebut terkesan sebagai pajangan saja. Karena, hampir sebulan terakhir ini bantuan Jepang tak bisa dimanfaatkan lagi oleh masyarakat. Sejumlah warga Kota Sigli kepada Serambi, Jumat (13/5) kemarin, mengaku sangat heran dengan tidak berfungsinya lagi mesin daur ulang itu. Sehingga mereka kembali mengalami kesulitan dalam memperoleh air bersih. Sebelumnya, ketika mesin daur ulang masih berfungsi, warga mulai pagi sampai sore hari berdesakan ke tempat tersebut. Mereka antri mengambil air bersih, bahkan ada yang membawa becak barang, sepeda motor, dan mobil bak terbuka. Namun, bagi masyarakat yang lokasinya dekat, mengangkutnya dengan menggunakan jerigen ataupun timba. Muhammad Usman Affan (52), warga Kelurahan Blang Paseh kepada Serambi mengeluhkan tidak berfungsinya lagi mesin daur ulang air bersih bantuan itu. Selama ini, menurutnya, ia sangat terbantu dengan adanya alat tersebut. Terlebih, air laut yang didaur ulang itu bisa langsung dikonsumsi. “Kami sangat kecewa, kenapa alat bantuan dari negara orang tidak berfungsi lagi. Kita semua tahu, kalau suplai air dari PDAM kurang memuaskan. Harusnya Pemkab menjaga bantuan itu,” katanya.

Anehnya, tambah Usman, pada awal berfungsinya mesin daur ulang air berlangsung baik tanpa ada hambatan. Hanya saja, secara tiba-tiba, tanpa ada kejelasan alat tersebut tak difungsikan lagi. Bantuan alat bernilai ratusan juta itu, kata seorang warga Kelurahan Kuala Pidie, Razali, perlu dipertanyakan. Karena, jika bantuan tersebut diserahkan oleh sebuah LSM Jepang kepada Pemkab, seharusnya ditangani dengan baik. Hanya saja, apakah bantuan itu diberikan kepada individu sehingga bersangkutan menggelolanya. “Sampai hari ini, kami tidak tahu apakah bantuan itu milik Pemkab,” tanya Razali. Sumber Serambi di lingkungan Setdakab Pidie menyebutkan, bantuan mesin daur ulang air bersih tersebut jelas pemberian dari Jepang. Alat tersebut sebenarnya dipasang guna mengatasi kesulitan warga untuk memperoleh air bersih. Hanya saja, menurut sumber itu, bantuan tersebut sempat diklaim milik seorang mantan pimpinan dewan. Malahan, tokoh partai besar itu berupaya meminta anggaran sebagai kompesasi dari bantuan tersebut. “Meski tokoh itu berusaha minta anggaran, kami tetap tak mau melayaninya,” sebut seorang pejabat teras Setdakab Pidie. Bisa jadi, karena permintaan untuk mendapatkan anggaran gagal maka mantan pimpinan dewan tersebut, diduga menutup operasionalnya. Karena, sebelumnya, mesin daur ulang air bersih itu berfungsi dengan baik. Begitupun, di lokasi penempatan alat bantuan Jepang, Serambi tidak menemukan adanya tanda-tanda pengumuman mesin tersebut rusak. Amatan Serambi kemarin, mesin daur ulang bantuan tersebut dibangun di depan Pendopo bupati Pidie, terlihat tertutup. Tidak terlihat aktivitas maupun petugas di mesin tersebut. Yang ada di dalam ruang itu berupa dua buah kursi plastik warna biru muda, satu meja, bangku panjang, serta jerigen yang berjejer secara rapi di samping bangunan mesin.

(http://lambaro.bangkapos.com/index.php?aksi=bacaberita&beritaid=1728&rubrik=1&topik=3)

Tidak ada komentar: