Kamis, Juli 30, 2009

Tahun 2010, IKK Gunung Meriah dibangun

Thursday, 30 July 2009 08:19



Warta - Aceh
WASPADA ONLINE

SINGKIL - Pemkab Aceh Singkil memastikan akan membangun satu unit lagi Instalasi Air Minum Kecamatan (IKK) di Kampong Gunung Lagan Kecamatan Gunung Meriah.

“Pembangunan tersebut didanai melalui APBN tahun 2010 dengan besar anggaran senilai Rp6 miliar, kata direktur PDAM Tirta Singkil, Azwan Azis, pagi ini.

Untuk mengawali rencana pembangunan IKK tersebut kata Azwan PT Infratama Yakti selaku konsultan telah melakukan survei. Hasilnya lokasi pembangunan IKK di Gunung Lagan sangat memungkinkan.

Secara ekonomis IKK di kampong Gunung Lagan kecamatan Gunung Meriah pangsa pasarnya cukup menjanjikan dan mampu mengaliri 10 ribu sambungan rumah.

Sedangkan IKK kecamatan Simpang kanan yang selama ini dioperasikan hanya mampu mengaliri 1500 sambungan rumah dengan hasil produksi 10 m kubik per detik.

Selain membangun IKK di kecamatan Gunung Meriah PDAM Aceh Singkil juga mendapat bantuan senilai Rp1,3 miliar untuk jaringan distribusi Umum (Jaringan Induk) yang bersumber dari dana Otsus Tingkat Satu (provinsi Aceh ) dan Rp1,3 miliar untuk revitalisasi penyempurnaan jaringan yang ada di Singkil yang bersumber dari APBA regular tingkat satu.

Sedangkan untuk memperlancar suplai air di kecamatan Singkil yang selama ini masih terkendala Azwan berjanji akan tetap mengupayakan dengan melakukan penambahan daya dari 100 VA menjadi 200 VA.

“Selain Aceh Singkil, Pembangunan IKK juga dibangun di kabupaten Aceh Tengah dengan bantuan yang sama dari APBN senilai Rp6 miliar,” demikian tandas Azwan.
(dat01/waspada)

Kamis, Juli 16, 2009

Utang PDAM Tamiang Membengkak Jadi Rp 32 Miliar

16 July 2009, 08:53 Nanggroe Administrator
KUALA SIMPANG – Utang PDAM Tamiang kepada Departemen Kauangan RI membengkak dari Rp 8 miliar menjadi Rp 32 miliar karena tidak pernah dicicil pembayarannya. Utang tersebut merupakan utang warisan masa lalu, ketika Aceh Tamiang belum berpisah dari Kabupaten Aceh Timur.

Direktur PDAM Tamiang, Suheri SE kepada Serambi, Rabu (15/7) mengatakan, utang tersebut merupakan utang pinjaman pemerintah daerah pada Departemen Keuangan RI yang dilakukan Pemkab Aceh Timur sebelum pemekaran kabupaten. Pasca pemekaran, Pemkab Aceh Timur menyerahkan seluruh aset PDAM yang berada di Kabupaten Tamiang termasuk utang. “Uang pinjaman tersebut digunakan untuk membangun instalasi pengolahan air di Kecamatan Karang Baru,” ujarnya.

Karena tidak pernah cicil, uang pinjaman tersebut membengkak dari Rp 8 miliar menjadi Rp 32 milyar. “Beberapa waktu lalu pada saat turun tim audit dari BPKP, utang sebesar Rp 32 miliar kita klarifikasi karena bukan milik Tamiang seluruhnya, ” ujar Heri, sambil menambahkan, dalam hitungan aset tersebut termasuk di dalamnya instalasi di Sungai Lung Kota Langsa. Hingga sekarang PDAM Tamiang belum melakukan cicilan untuk pembayaran utang yang membengkak itu, karena kondisi keuangan perusahaan yang belum memungkinkan, di samping pengalihan aset baru mereka terima.

Defisit
Dikatakan Heri, sebelum dinaikkan tarif, pemasukan PDAM Rp 250 juta per bulan. Sedangkan pengeluaran mencapai Rp 346 juta per bulan, sehingga defisit Rp 96 juta tiap bulan. “Pengeluaran tersebut selain untuk operasional dan pembayaran listrik, juga untuk membayar uang pensiun karyawan PDAM,” ujarnya.

Sedangkan utang rekening listrik PDAM setelah dibayar oleh pemkab Tamiang sebesar Rp 1,2 miliar masih menunggak Rp 200 juta. Heri mengatakan, untuk membayar utang warisan, pihaknya akan meminta keringanan penghapusan bunga dan uang administrasi kepada pemerintah pusat, sehingga utang yang dibayar hanya pinjaman pokok sebesar Rp 8 miliar.

“Kita sudah mempelajari, ada atauran hukum yang meringankan pinjaman tersebut, Kepmen nomor 120 tahun 2008, namun dengan syarat perusahaan bersedia diaudit, dan PDAM Tamiang siap diaudit,” ujarnya. Kondisi lainnya yang dialami PDAM Tamiang, kata Heri, instalasi jaringan distribusi air di Kota Kuala Simpang sepanjang 8.000 meter yang terbuat dari pipa besi sudah berkarat. Untuk memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan, pipa tersebut harus diganti.

Dampak dari berkaratnya pipa, membuat aliran air terhambat karena diameter pipa mengecil akibatnya pelanggan mengeluhkan. “Pipa instalasi pendistribusian air ke Kota Kuala Simpang yang sudah ada sejak tahun 1986 sepanjang 8.000 meter terbuat dari besi sudah berkarat,” katanya. Desa yang tak bisa dicapai pendistribusian air PDAM meliputi, Desa Paya Bedi, Desa Bukit Tempurung, dan Desa Perdamaian. Sehingga pelanggan di tiga desa tersebut harus kecewa karena belum bisa memperoleh air bersih dari PDAM Tirta Tamiang.

Pihaknya sudah mengusulkan ke pemerintah propinsi agar membantu pipa sepanjang 8.000 meter menggantikan pipa besi yang sudah berkarat sehingga air mudah mengalir ke rumah warga. Jumlah pelanggan PDAM Tamiang mencapai 6.914 orang yang tersebar di sejumlah kecamatan.(md)

Rabu, Juli 15, 2009

Tunggakan Rekening PDAM Peureulak Rp 200 Juta

15 July 2009, 08:56 Nanggroe Administrator

IDI - Setiap bulan pelanggan air bersih pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Cabang Peureulak, Aceh Timur, menunggak rekening hingga mencapai Rp 200 juta. Padahal, jumlah pelanggan air di daerah itu hanya bekisar 1.850 sambungan saja. Kepala PDAM Cabang Peureulak, Razali Budiman SE kepada Serambi, Senin (13/7) menyebutkan, besar tagihan air pada tiap pelanggan hanya Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu saja tiap bulan. Tapi karena banyak pelanggan yang tidak melaunasi kewajibannya menyebabkan tunggakan hingga Rp 200 juta sebulan.

Razali mengaku pihaknya telah dan akan mengambil tindakan tegas kepada pelanggan yang tidak melunasi rekeningnya selama tiga bulan hingga batas tanggal 20 dengan melakukan pemutusan. “Kita akan melakukan pemutusan meteran pada pelanggan yang tidak melunasi tunggakan selama tiga bulan berturut-turut hingga batas tanggal 20. Pemutusan sambungan ini kami lakukan setelah melalui prosedur seperti teguran berupa lisan dan tulisan selama tiga kali,” ujarnya.

Dikatakannya, mengingat keterbatasan kemampuan menyuplai air, pihaknya kini terpaksa menunda sambungan baru. “Jadi saat ini kemungkinan untuk pemasangan baru belum ada dan bisa dikatakan sudah cukup, karena keterbatasan kapasitas dan sarana yang ada. Jika ada masyarakat atau desa yang ingin mengajukan pemasangan baru, kami minta bersabar dulu,” pintanya.

Distribusi lancar
Sementara itu, ia juga menjelaskan bahwa pasokan dan distribusi air bagi pelanggan di Dusun Teungoh, Desa Persiapan Pasir Putih sudah lancar. Karena perbaikan jaringan pipa sudah dilakukan. “Saya rasa, saat ini keluhan atau kendala yang dirasakan pelangan di Dusun Tengoh tidak lagi jadi soal, karena kita sudah melakukan perbaikan jaringan pipa, sehingga distribusi air menjadi lancar,” terangnya

Ia berharap, kepada seluruh masyarakat yang belum melunasi tunggakan rekeningnya untuk segera memmbayarnya, sebelum diambil tindakan oleh pihak PDAM. Sementara kepada pelanggan yang sudah melunasi kewajibanya ia juga menyampaikan terima kasih. “Karena keberadaan PDAM tidak akan berarti jika tanpa dukungan dan partisipasi penuh dari masyarakat itu sendiri,” demikian Razali.(na)

Senin, Juli 13, 2009

Rehab Bendung PDAM oleh Sab Sas Belanda

Donatur 'non profit' dari Belanda yakni Yayasan SAB-SAS (Sektor Air Belanda mendukung Sektor Air Sumatera) sesuai komitmen yang disampaikan beberapa waktu lalu oleh Meneer Taco de Vries (Program Manager Perwakilan Indonesia) telah melaksanakan rehab berat lantai Bendung Kuala Umo milik PDAM Tirta Fulawan Kabupaten Simeulue. Sampai dengan saat ini progress kemajuan pekerjaan telah mencapai 20% serta diharapkan 3 minggu kedepan pekerjaan dapat diselesaikan sehingga layanan air PDAM diharapkan dapat berfungsi kembali.
Kondisi lantai downstream Bendung PDAM Tirta Fulawan yang rusak akibat diterjang banjir medio April 2009 lalu, yang apabila tidak segera diatasi pada waktu itu maka mercu bendung serta tubuh bendung akan mengalami kerusakan lebih parah lagi yang tentunya menambah lama proses penantian layanan air PDAM kepada masyarakat Simeulue, khususnya kota Sinabang dan sekitarnya.