Jumat, Mei 29, 2009

Direktur PDAM Gelapkan Asset Daerah

Meulaboh | Harian Aceh - Ditrengarai menggelapkan asset daerah, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Meulaboh, Safrizal dipanggil oleh Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Barat.

Dalam pertemuan dengan dewan, Kamis (28/5), Ketua DPRK Aceh Barat, Ramli SE memaparkan hasil temuan pansus dewan tentang penggunaan Rp40 juta dana oleh Safrizal untuk melancong ke Beijing, Cina. “Hal ini melanggar aturan,” kata Ramli.

Selain itu, Ramli juga mengatakan berdasarkan temuan pansus, Safrizal telah menjual mobil asset daerah tanpa persetujuan DPRK, “Mobil itu dibongkar di SMK dengan cara mengupah pada orang,” ungkapnya.

Sementara itu, Safrizal saat memberi jawaban atas tudingan dewan mengatakan dirinya pergi ke Baiijing guna meloby sebuah NGO yang menangani masalah air bersih, namun sampai saat ini belum berhasil. “Kalau pun uang yang saya gunakan melanggar aturan, saya siap menggatinya,” katanya. Sedangkan terkait masalah jual mobil asset daerah tersebut, Direktur PDAM tidak memberi jawaban. Dewan berencana akan melimpahkan masalah tersebut kepada pihak berwajib untuk di usut tuntas.(ahz)

Selasa, Mei 26, 2009

Dirut PDAM Dituntut Mundur

, 26 Mei 2009 | 08:32
Dana Subsidi Bukan Untuk Biaya Rutin

Lhokseumawe- Pengoperasian PDAM Tirta Mon Pase yang selama ini kurang optimal memberikan pelayan kepada pelanggan. Hal inididuga karena jajaran direksi dinilai tidak fokus dalam menjalankan tugasnya.

Sehingga berakibat pada penunggakan rekening listrik dan dilakukan pemotongan sambungan oleh PLN.
Akibat pemotongan listrik tentunya mengakibatkan distribusi air terkendala.

Imbasnya tentulah sejumlah pelanggan tidak dapat menikmati air bersih dari perusahaan daerah ini. Padahal menyangkut rekening listrik merupakan salah satu faktor utama pendukung operasional.

“Kita melihat permasalahan pemutusan listrik milik PDAM Tirta Mon Pase jelas merupakan kesalahan dari manajemen. Kondisi ini kami menilai terjadi akibat pihak direktur tidak lagi fokus pada perusahaan yang dipimpinnnya. Untuk itu saya menyarankan kalau dirut tidak punya waktu mengurus PDAM silahkan minta mengundurkan diri saja,” ujar Idris, Sekretaris Komisi B DPRK Aceh Utara kepada wartawan koran ini, Senin (25/5).

Sebab lanjutnya, selama ini terkesan dirut PDAM Tirta Mon Pase lebih banyak kegiatan di luar. Seperti menjadi koordinator tim asistensi dan juga menjadi penasehat kepala daerah.

“Jadi disinilah kita melihat bahwa dirut PDAM tidakpunya banyak waktu mengurus perusahaan yang fungsinya melayani masyarakat. Kalau begitu kita minta agar kepala daerah dapat mengganti saja Dirut PDAM Tirta Mon Pase dan meresuffle jajaran direksi,” terangnya.

Anehnya lagi, sambung Idris, tujuan pemerintah untuk mendirikan perusahaan daerah tentunya bermaksud untuk mencari atau meningkatkan pendapatan bagi daerah. Selain dari menjalankan misi sosial dalam pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat.
“Tetapi yang kita lihat sekarang ini, PDAM Tirta Mon Pase harus setiap tahun dibantu dana oleh pemerintah daerah,” katanya.

Benar Nunggak Listrik

Sementara itu Direktur Umum PDAM Tirta Mon Pase, Rizal, SE dua hari lalu kepada wartawan koran ini membenarkan bahwa telah terjadi tunggakan rekening listrik.

Sehingga aliran listrik kepada perusahaan daerah ini telah diputuskan oleh pihak PLN.
“Sebenarnya ini kondisi yang lazim terjadi hampir setiap tahunnya. Bahkan sejak awal kita telah melakukan pendekatan dengan pihak PLN agar dapat menunggu pembayaran. Sebab pencairan dana bantuan dari Pemkab Aceh Utara masih dalam proses dan belum cair,” jelasnya.

Ditanya bagaimana setelah diputuskannya aliran listrik? Direktur umum mengatakan akan menjalankan operasional dengan menghidupkan genset. Tetpai tentunya itu tidak akan maksimal dan distribusi air tentunya akan terbatas.

“Mesin genset hidupnya tidak dapat dilakukan selama 24 jam. Meski demikian kita berusaha tetap mengoperasikan WTP untuk mendistribusikan air. Terkait pembayaran tunggakan akan kita lakukan dalam waktu dekat ini setelah pengurusan dana rampung,” terangnya.

Terkait komentar pihak PDAM, anggota DPRK Aceh Utara, Sayed Rifyan mengatakan, semua kondisi saat ini terjadi akibat sejak awal perekrutan dirut PDAM bukan orang yang berpengalaman dibidangnya. Bahkan dirut PDAM dipilih tanpa lewat fit and profertest lembaga dewan.

“Intinya menurut aturan, dana bantuan atau subsidi kepada perusahaan daerah tidak boleh digunakan untuk biaya rutin. Jadi lucu kalau ada komentar dari pihak PDAM bahwa dana untuk listrik harus menunggu cair dari bantuan Pemkab Aceh Utara,” ucapnya. (agt)

Minggu, Mei 24, 2009

Warga Mutiara Ancam Demo PDAM

24 May 2009, 09:13 Pase Administrator

LHOKSEUMAWE - Ratusan ibu rumah tangga di Kompleks Perumahan Mutiara Indah, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe, mengancam akan melakukan demo ke PDAM Tirta Mon Pase. Hal ini disebabkan sudah sejak 14 hari yang lalu hingga Sabtu (23/5) kemarin, mereka tidak mendapatkan suplai air bersih dari perusahaan daerah tersebut.

Selama tidak adanya suplai air ke rumah-rumah penduduk di kawasan Bukit Mutiara Indah, masyarakat terpaksa membeli air yang dibawa dengan mobil tanki dengan harga Rp 100.000/tanki, ukuran 3.000 liter. “Sebenarnya bukan dijual kepada warga, tapi warga memberikan kepada supir mobil tanki PDAM uang Rp 100.000, daripada harus beli Rp 1.000 per jerigen,” kata Nurlina, seorang ibu rumah tangga.

Menurut Nurlina, di Kompleks Mutiara Indah ada sekitar 200 rumah. Rencananya, kalau tak ada air dalam dua hari ini, ratusan ibu rumah tangga akan berkumpul melakukan aksi protes ke PDAM setempat. Tersendatnya air bersih ke ribuan rumah pelanggan, juga karena ekses pemotongan arus listrik oleh PLN. Ini disebabkan karena PDAM memiliki tunggakan yang cukup besar, yaitu mencapai Rp 2,04 miliar.

Siap diaudit
Direktur Umum PDAM Tirta Moun Pase, Rizal menyatakan pihaknya siap diaudit dalam penggunaan anggaran. Apalagi pihaknya mengaku tidak pernah melakukan penyelewengan. Soal tunggakan listrik, katanya, disebabkan karena hingga kini subsidi yang diberikan melalui APBK Aceh Utara tahun 2009 senilai Rp 10,680 miliar, belum dicairkan.

Rizal yang dihubungi via telepon, Sabtu (23/5), mengaku sedang berada di Banda Aceh. Ia sangat menyesalkan pernyataan anggota DPRK Aceh Utara yang meminta pihaknya untuk diaudit. “Padahal, tunggakan listrik itu hitungan Januari sampai Mei 2009, karena dana dari APBK yang belum kunjung cair juga,” ungkapnya. Sedangkan upaya untuk secepatnya mencairkan dana Rp 10 miliar lebih itu, katanya, terus ditempuh. Namun, dikarenakan tahun ini sistemnya hanya berbentuk subsidi (bukanya penyertaan modal sebagaimana tahun-tahun lalu), maka mekanismenya sangat panjang.

Menyinggung pemutusan aliran listrik, Rizal mengaku sebelumnya memang telah mendapatkan teguran dari PLN. Namun, saat itu telah dilakukan berulangkali pendekatan secara persuasif dengan pihak PLN. Tetapi, karena tidak bisa diberikan kebijaksaan lagi, hingga diputuskan dan membuat ribuan pelanggan tak bisa menikmati air bersih. Tapi saya pastikan, paling lambat dalam sepekan ini air kembali mengalir ke rumah warga. Karena beberapa hari lagi dana dari APBK akan segera cair. Jadi, kami harap pelanggan bisa sabar,” demikian Rizal yang mengaku dirinya didampingi Direktur Teknik, Safrizal.(ib/bah)

Jumat, Mei 22, 2009

PDAM Tirta Tamiang alirkan 'kopi susu'


Cetak E-mail
Friday, 22 May 2009 13:31 WIB
WASPADA ONLINE

KUALA SIMPANG - Pipa instalasi PDAM Tirta Tamiang sering meledak, sehingga distribusi air kepada pelanggan di Kota Kualasimpang, khususnya untuk Desa Bukit Tempurung dan Perdamaian serta sejumlah kawasan lainnya sempat tidak menetes. Selain itu, informasi yang diterima, PDAM itu juga sering mensuplai air yang warnanya tak ubah seperti 'kopi susu'.

Sementara status PDAM Tirta Tamiang sampai saat ini tidak jelas, karena belum adanya Qanun (Perda). Bahkan, menurut informasi, Qanun untuk PDAM meski sudah berlangsung lama tetapi belum mampu disahkan DPRK, sehingga DPRK terkesan tak mampu 'melahirkan' Qanun PDAM Tirta Tamiang membuat statusnya tak jelas.

Direktur PDAM Tirta Tamiang, Suheri, ketika ditanya, tadi pagi, membenarkan kadang air tidak menetes ke rumah pelanggan di seputaran kota Kualasimpang, terutama Desa Bukit Tempurung dan Perdamaian karena ada pipa yang meledak atau pecah, dan ada pula pipa GIP yang sambungannya lepas, sehingga pelayanan belum maksimal.

Menurut Suheri, pipa GIP pecah karena tak layak lagi dipakai, sehingga perlu ada penggantian pipa GIP dengan pipa PVC ukuran 250 mm supaya suplai air berjalan lancar.

Menyinggung masih adanya pelanggan menerima distribusi air berwarna seperti 'kopi susu' atau keruh berlumpur, Suheri juga tidak membantah. Menurut Suheri, untuk mengatasi permasalahan tersebut telah dilaksanakan pembuatan Water Treatment Plaint (WTP) atau instalasi pengolahan air (IPA) di Minuran, Kejuruan Muda, Kab. Aceh Tamiang berkapasitas 10 x 2 atau 20 liter/detik. Pembuatan WTP merupakan bantuan hibah dari Belanda. Selain membuat WTP di Minuran, Belanda juga memberi bantuan hibah berupa pipa yang dipasang di jembatan Sungai Tamiang sepanjang 320 meter.

"Pipa yang dipasang di jembatan itu untuk mendistribusi air dari IPA Karang Baru kepada pelanggan di Kota Kualasimpang. Namun karena terjadinya skaling pada pipa-pipa GIP, membuat suplai air belum lancar sampai ke pelanggan," tutur Suheri.

Direktur PDAM Tirta Tamiang itu juga mengungkapkan, pelanggan kadang-kadang menerima air berwarna keruh karena pompa INTAKE air di Minuran lebih cepat mendistribusi air, sedangkan pompa yang ada merupakan pompa lama dan lebih lambat.

Sehingga, lanjut Suheri, kemungkinan petugas tidak sabar menunggu 2 sampai 4 jam, mengakibatkan terjadilah pendistribusian air berwarna seperti 'kopi susu'. Namun kondisi itu, janji Suheri, akan segera diatasi dan supaya pelayanan lancar pipa GIP harus diganti.

Menyinggung status PDAM, Suheri mengaku tidak tahu kenapa Qanun PDAM Tirta Tamiang belum ada. "Terus terang kalau soal Qanun saya memang tidak tahu kenapa belum juga disahkan DPRK. Begitu juga soal penyerahan aset PDAM dari Aceh Timur kepada Aceh Tamiang, karena saya masih baru," kata Suheri.
(dat01/ann)

PLN Putuskan Listrik Ke PDAM Mon Pase

Tunggakan Capai Rp 2,04 M

22 May 2009, 09:14 Pase Administrator by : Harian Serambi Indonesia

Putuskan Jaringan Listrik

Petugas PLN Cabang Lhokseumawe, tergabung dalam Tim Peugleh Gampong, Rabu (20/5) memutuskan jaringan listrik pada Trafo Distribusi di PDAM Tirta Mon Pase di Bukit Rata. SERAMBI- IBRAHIM ACHMAD

LHOKSEUMAWE - PT PLN Rayon Lhokseumawe, Rabu (20/5), memutuskan aliran listrik ke Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mon Pase. Tindakan itu dilakukan pihak PLN karena perusahaan daerah itu memiliki tunggakan listrik sebesar Rp 2,04 miliar. Pada hari itu, tim memutuskan jaringan listrik di 20 titik. Sebelum hal itu dilakukan, pihaknya PLN sudah beberapa kali mengingatkan PDAM, namun tak diindahkan.

Sementara pemakain untuk PDAM ada beberapa titik yang tersebar di beberapa kecamatan. Setiap bulan PDAM menggunakan jasa PLN paling rendah sebanyak Rp 366 juta dan paling tinggi sampai dengan Rp 513 juta. “Namun, karena rutin dipakai tak rutin dibayar akhirnya tunggakan terus membengkak,” kata manajer PLN Rayon Lhokseumawe, Alibasyah Ibrahim. Dirut PDAM Tirta Mon Pase, M Yunus Gani Kiran SH, yang dihubungi Serambi berulang kali, HP-nya dalam kondisi tidak aktif. Bahkan, Direktur Teknis Rizal Efendi, yang dihubungi beberapa kali, HP-nya juga tak aktif.

Tunggakan Rp 23,7 M
Sementara itu, tunggakan rekening listrik pelanggan PT PLN Wilayah I Cabang Lhokseumawe, dalam lima bulan terakhir mencapai angka Rp 23,7 miliar. Jumlah tunggakan itu tersebar di lima kabupaten/kota yaitu Aceh Utara, Lhokseumawe, Bireuen, Bener Meriah, dan Aceh Tengah. Khusus untuk Aceh Utara, jumlah tunggakan milik Pemkab Rp 1,4 M, dan PDAM Tirta Mon Pase sebesar Rp 2,04 M. Akibatnya, PLN memutuskan jaringan listrik ke perusahaan daerah itu.

Manager PLN Cabang Lhokseumawe, Yusdiansyah kepada Serambi, Rabu (20/5) mengatakan, kini jumlah pelanggan di lima kabupaten/kota yang ada di bawah wilayah kerja PLN Lhokseumawe sekitar 36 ribu lebih. “Pemkab Aceh Utara sebesar Rp 1,4 M dan Pemkab Bireuen Rp 1,3 M belum melunasi, sedangkan kabupaten/kota lain sudah lunas, hanya tinggal bulan Mei,” katanya.

Akibat banyak tunggakan rekening, sebut Yusdiansyah, reputasi karyawan PLN Cabang Lhokseumawe dinilai buruk. Padahal, berbagai upaya telah dilakukan termasuk ancaman pemutusan jaringan listrik. Untuk mengangkat kembali reputasi PLN Rayon dan Cabang, pihaknya terpaksa membentuk tim terpadu melakukan operasi yang dinamai “Tim Gleh Gampong.”

Dikatakan, kalau dihitung dengan jumlah omzet PLN misalnya tahun 2008, pendapatan susut 18,05 persen, atau kalau dihitung dengan dananya yang tidak masuk ke kas PLN mencapai Rp 22 M setahun. Ditambah lagi tunggakannya Rp 23,7 M, sehingga seluruhannya menjadi Rp 45,7 M setahun.(ib)

Minggu, Mei 17, 2009

Tunggakan Listrik Rp 33,6 Juta belum Dibayar

PDAM Laweung Macet

17 May 2009, 09:20 Nanggroe Administrator

SIGLI - Menyusul pemotongan aliran arus listrik PLN ke perusahaan daerah air minum (PDAM) Sigli unit Laweung, Kecamatan Muara Tiga, Pidie akibat tertunggak rekening hingga Rp 33,6 juta, menyebabkan PDAM Laweung berhenti beroperasi. Akibatnya, distribusi air bersih ke Kecamatan Muara Tiga, Pidie, dilaporkan macet sejak dua bulan terakhir. Sehingga ratusan warga di kecamatan itu kesulitan mendapatkan air bersih.

M Ali (40) warga Kale, Kecamatan Muara Tiga, Pidie kepada Serambi, Sabtu (16/5) menuturkan, hampir dua bulan terakhir warga Laweung sulit mendapatkan air layak konsumsi. Kenyataan ini terjadi sebagai dampak dari pemutusan aliran listrik ke PDAM di ibu kota kecamatan setempat, yang menyebabkan hingga kini PDAM tidak lagi beroperasi. Warga Muara Tiga yang biasanya memperoleh jasa PDAM ibu kota kecamatan, kini sangat sulit mendapatkan air bersih.

“Kami minta kepada Pemkab Pidie untuk turun tangan, mengantisipasi masalah PDAM ibu kota kecamatan kami. Karena, hampir dua bulan tak beraktifitas menyuplai air, akibat pemotongan aliran listrik,” kata M Ali. Ia menyebutkan, sebenarnya PDAM di ibu kota kecamatan harus bijaksana dalam menyelesaikan pelunasan iuran rekening yang telah menunggak pembayarannya. “Kami heran terjadi tunggakan pembayaran iuran listrik oleh PDAM ibu kota kecamatan. Padahal, kami semua pelanggan setiap bulan membayar rekening air,” tutur M Ali dibenarkan warga lainnya.

M Yatim (30) seorang warga lainnya, mengatakan, ia bersama warga lain terpaksa mengambil air bersih dengan jarak tempuh hingga dua kilometer. “Kami terpaksa berjalan jauh mengambil air bersih untuk dikonsumsi sehari-hari,” kata M Yatim. Direktur PDAM Sigli, Pidie, Asmadi Aji yang dihubungi Serambi, Sabtu (16/5) mengakui, PDAM ibu kota Kecamatan Muara Tiga terjadi tunggakan listrik yang belum kunjung dilunasi mencapai Rp 33,6 juta. Akibatnya, PDAM lumpuh total, lantaran aliran listrik telah dipotong pihak PLN.

Dikatakan, untuk menjembatani masalah tersebut, pihak PDAM Sigli telah melakukan upaya musyawarah dengan pihak PLN Cabang Sigli. Namun, kata Asmadi, PLN menolak permintaan PDAM yang melunasi tunggakan tersebut Rp 15 juta. “Kami minta pada PLN tunggakan tersebut akan kita bayar dulu Rp 15 juta. Sedang sisanya akan kita lunasi enam bulan kemudian. Tapi, PLN tak menyetujui, malahan mereka meminta limit waktu dua bulan,” sebut Asmadi. Ia menjelaskan, penyebab terjadinya tunggakan pada PDAM, terjadi pascatsunami. Karena banyak masyarakat enggan membayar iuran distribusi air pada PDAM. “Kami tidak tahu lagi nasib PDAM Laweung, jika terus-terusan tidak melakukan aktifitas,” kata Asmadi.(naz)

Biaya Pemasangan Instalasi PDAM Mahal

17 May 2009, 09:31 Nanggroe Administrator

TAPAKTUAN - Masyarakat Aceh Selatan mengeluh terhadap tingginya biaya pemasangan instalasi air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Naga, Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan. Biaya yang mencapai Rp 550.000 perinstalasi sangat memberatkan sehingga warga enggan dan tetap menggunakan air sumur yang tidak layak menurut standar kesehatan.
Tokoh masyarakat Labhan Haji Barat, H A Manaf kepada Serambi, Sabtu (16/5) mengatakan, masyarakat di desanya hingga kini belum dapat menikmati air bersih yang disuplai PDAM. Warga yang masih memanfatkan air sumur yang tidak layak menurut standar kesehatan, yakni Desa Tutong, Ujung Padang, Kuta Iboh, Blangporoh, Tengoh Iboh, Peulokan, dan Pasang Blangkejeran.
Kondisi ini bukan disebabkan warga tidak bersedia memasukkan air bersih ke rumah-rumahnya tetapi warga tidak mampu menyediakan biaya pemasangan instalasi air bersih PDAM Tirta Naga yang menurut mereka terlalu mahal, yakni Rp 550.000 per instalasi. Biaya tersebut belum termasuk biaya pipa dan aksesoris lainnya untuk jarngan ke dalam rumah. Untuk biaya tersebut paling sedikit warga harus mengeluarkan biaya Rp 1.200.000 untuk satu rumah.
Warga minta kepada PDAM setempat menurunkan biaya pemasangan instalasi air bersih tesebut. “Kami mengharapkan biaya memasangan tersebut bisa diturunkan,” katanya. Sementara itu, Direktur PDAM Tirta Naga Tapaktuan, Sakdah ST yang dihubungi secara terpisah mengatakan, biaya pemasangan instalasi disesuaikan dengan peraturan bupati (Perbup) tahun 2006. Untuk biaya pemasangan air bersih sistem grafitasi yaitu penyuplaian langsung dari sumber air dikenakan sebesar Rp 550.000. Sedangkan untuk biaya pemasangan dengan sistim pompanisasi yaitu tenaga listrik sebesar Rp 600.000.
Dia menilai, tingganya biaya pemasangan instalasi air bersih sehubungan dengan meningkatnya harga aksesoris dan pipa di pasaran. “Tingginya biaya pemasangan tersebut disesuaikan dengan kenaikan harga aksessoris di pasaran,” katanya. Begitupun pihaknya tidak akan memberatkan pelanggan sebab sistem pengelolaan air bersih bukan sistim pengusahaan apalagi untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyak. PDAM dalam hal ini memperhatikan masyarakat yang tidak mampu. Bagi masyarakat tidak mampu diberikan konpensasi pemasangan dengan cara cicilan (kredit). “Sistim itu sudah berlaku sejak dibukanya jaringan ke kawasan itu,” tegasnya.(az)

Jumat, Mei 15, 2009

Dewan Temukan Mobil Tangki PDAM Dijual

Direktur PDAM: Coba Buktikan

15 May 2009, 09:00 Nanggroe Administrator

MEULABOH - Panitia khusus DPRK Aceh Barat, menemukan satu unit mobil tangki aset PDAM Tirta Meulaboh telah dipotong-potong lalu dijual perkilo ke pasar beberapa pekan lalu. Dalam kunjungan Kamis (14/5), pansus menemukan mesin PDAM di Kecamatan Kaway XVI tidak pernah diperbaiki sehingga masyarakat sejak beberapa pekan terakhir mengalami krisis air bersih.

Koordinator pansus, Ramli, kepada Serambi, Kamis (14/5) mengatakan, ia mencek kondisi PDAM bersama anggota dewan Babussalam Oemar, Saiful, T Risman, Samsuddin, Ridwan Zainal, dan Nasri. Pihaknya menemukan sebuah mobil aset PDAM yang dibeli melalui APBK telah dijual kilo. Mobil yang telah dicincang ujar Ramli dikerjakan di bengkel kompleks STM/SMK 2 Meulaboh. “Hasil tim kita ke STM diketahui bahwa besi yang dipotong-potong itu dijual sekitar 20 hari lalu dalam dua tahap,” ujarnya.

Dikatakan, pada tahap pertama dijual seberat 742 kilogram dan tahap kedua 15 kilogram yang dijual ke sebuah lokasi di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan. Ia menuding pekerjaan ini dilakukan atas perintah Direktur PDAM yang baru dilantik beberapa bulan lalu. Menurut Ramli, mobil tangki yang telah disalahgunakan dijual ke pasar adalah jenis Isuzu dan kasus temuan penjualan aset itu akan dilaporkan ke polisi guna diusut tuntas. Ia mengungkapkan, Pansus menemukan sebuah mesin PDAM di Kecamatan Kaway XVI tidak beroperasi lagi sehingga masyarakat kesulitan air bersih. Dari pengakuan staf mesin rusak sudah dilaporkan ke direktur, akan tetapi direktur tidak mau memperbaiki dengan alasan tidak jelas.

Silakan Tunjukkan Bukti
Dihubungi terpisah, Direktur PDAM Tirta Meulaboh, Safrizal membantah temuan DPRK. Ia mempersilakan pansus menunjukkan bukti bila memang ada mobil PDAM dipotong-potong lalu dijual perkilo. “Coba buktikan terdata tidak di DPKKD, jangan cari-cari kesalahan orang,” katanya.

Safrizal juga menyatakan, pansus dewan ke PDAM dinilai salah alamat. Seharusnya tim ini melihat ke Dinas Cipta Karya dan SDA terhadap saluran air di kawasan Kaway XVI senilai Rp 4,5 miliar yang sampai sekarang belum rampung. Ia menyebutkan sejauh ini PADM belum menerima terhadap proyek tersebut.(riz)

Kamis, Mei 14, 2009

Belanda Latih Direksi PDAM se Aceh

14 May 2009, 08:34 Kutaraja Administrator

BANDA ACEH - Sembilan direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Aceh yang tergabung dalam PDAM Regional Aceh, 12-13 Mei 2009, mengikuti workshop tentang penyiapan program pelatihan dan peningkatan kapasitas. Kegiatan yang dilaksanakan bersama oleh VNG International dan DZH Belanda itu berlangsung di Hotel Oasis Banda Aceh.

Koordinator PDAM Regional Aceh, Drs Azhari Ali MM Ak, kepada Serambi, kemarin, mengatakan, peserta workshop tersebut masing-masing Direktur PDAM Aceh Tamiang, Langsa, Bireuen, Pidie Jaya, Pidie, Aceh Besar, Banda Aceh, Aceh Barat, dan Simeulue. “Melalui workshop seperti ini, kualitas direktur dari sembilan PDAM itu diharapkan dapat terus meningkat,” ujarnya.

Menurut Azhari, workshop itu dilaksanakan sebagai tindak lanjut terhadap MoU antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Belanda yang ditandatangani Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, dan Wakil Menteri Transportasi dan Pengelolaan Air Belanda, Tineke Huizinga, di Gedung Serbaguna Setda Aceh, Senin (19/1). “Kerja sama di bidang teknik, keuangan, dan peningkatan pelayanan PDAM selama 15 tahun ini dilaksanakan dalam rangka mengejar target Millenium Development Goals (MDGs),” jelas Azhari.

Dikatakan, workshop tersebut lebih diarahkan kepada upaya untuk menginventarisir masalah krusial yang dialami PDAM selama ini. Karena itu, lanjutnya, kegiatan itu dimaksudkan untuk menyiapkan prgram/modul trainning yang dapat membantu peningkatan kualitas SDM PDAM dalam rangka meminimalisir permasalahan yang selama ini mendera PDAM yang menyebabkan pengelolaannya tak produktif, efektif dan efisien serta tidak memberikan pelayanan prima kepada pelanggan.

Sementara Programme Manager SABSAS, Taco de Vries, menjelaskan, VNG International adalah asosiasi tata kota Netherland melalui logo south programme membantu negara-negara berkembang di seluruh dunia dalam rangka pencapaian target MDGs, antara lain water management (air bersih, bencana banjir, dan sanitasi). “Program logo south yang telah mendapat bantuan VNG International telah mencapai 25 negara, termasuk Indonesia. Khusus untuk program yang dilaksanakan di PDAM Regional Aceh, VNG mengalokasikan dana sebesar 80 juta Euro per tahun dalam bentuk grant,” jelasnya. Dikatakan, delegasi VNG International dan DZH Belanda dipimpin Leo Nijland dan didampingi Specialist Laboratory, Keimpe van der Molen, dan Specialist Agresso, Frank Fliek.(jal)

Kamis, Mei 07, 2009

Pengurus dan Anggota Perpamsi Aceh

Pengurus & Anggota Perpamsi Aceh :
  1. PDAM Tirta Montala-Jantho, Direktur : T.Aiyub Novizal, SE,Ak (Ketua)
  2. PDAM Aceh Timur, Direktur : Faisal SE, (Wakil Ketua)
  3. PDAM Tirta Fulawan-Simeulue, Direktur : Ir. Rasmal K (Sekretaris)
  4. Bendahara : Dra. Rosmala (Direktur Keuangan-PDAM Tirta Montala).
  5. PDAM Tirta Daroy-Banda Aceh, Direktur : Junaidi, SSos
  6. PDAM Tirta Aneuk Laot-Sabang, Direktur : Husaini, ST
  7. PDAM Tirta Mon Kreung Baro-Sigli, Direktur : Drs. H. Asmadi Ajie
  8. BPAM Tirta Meureudu-Pidie Jaya, Direktur : Ir. Hanif, MSc
  9. PDAM Tirta Krueng Peusangan-Bireun, Direktur : Isfadli, SE
  10. PDAM Tirta Mon Pase-Aceh Utara, Direktur : Drs. Yunus Kiran
  11. PDAM Tirta Keumuneng-Langsa, Direktur : Supriadi, ST
  12. PDAM Tirta Tamiang-Kuala Simpang, Direktur : Suheri
  13. PDAM Tirta Meulaboh, Direktur : Syahrizal, ST
  14. BDAM Aceh Jaya, Direktur : Ir. Norman
  15. BDAM Nagan Raya, Direktur : Arkam
  16. BDAM Abdya, Direktur : Irfan, ST
  17. PDAM Tirta Naga-Tapak Tuan, Direktur : Sakdah, ST
  18. PDAM Tirta Singkil, Direktur : Ir.H.Azwan Aziz, MM
  19. PDAM Tirta Agara-Kutacane, Direktur : Samsalat
  20. PDAM Tirta Sejuk-Blang Kejeren, Direktur : Arizal, ST
  21. PDAM Tirta Tawar-Takengon, Direktur : Hidayat, SE
  22. PDAM Tirta Bengi-Bener Meriah, Direktur : Ir. Mansyur Komaruddin
Kantor Sekretariat :
PDAM Tirta Montala Unit Ie-Siron
Jalan Tanggul Krueng Aceh Lambaro
Telepon :
0651 92120
Faks :
0651 7557605

Staff Harian Sekretariat :
Teuku Syahrul
Sunawar
Salman Farisi

Tanggulangi Krisis Air Bersih

Pemkab Aceh Barat Datangkan Alat dari China

7 May 2009, 08:46 Nanggroe Administrator

MEULABOH-Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, akan mendatangkan alat canggih dari negara tirai bambu, China untuk mengatasi krisis air bersih di wilayah itu yang nantinya akan digunakan pada PDAM Tirta Meulaboh. Namun, kepastian kapan alat itu akan tiba di Bumi Teuku Umar sejauh ini belum bisa dipastikan mengingat pemkab setempat belum mengetahui darimana anggaran tersebut bisa diperoleh. Kabarnya, untuk mendatangkan alat canggih itu pemkab setempat tak akan mendatangkan investor dari China, melainkan akan mengandalkan para investor lokal dari Aceh karena alat tersebut harganya tak begitu mahal yakni berkisar di bawah Rp 10 Miliar.

Hal itu diungkapkan Bupati Aceh Barat, Ramli MS kepada Serambi, Senin (4/5) lalu. Menurutnya keinginan pemkab setempat untuk membeli alat tersebut setelah beberapa hari lalu melakukan kunjungan ke negara China atas undangan negara tersebut yang mewakili Provinsi Aceh bersama perwakilan lainnya dari Indonesia. “Kita berharap dengan adanya alat ini, persoalan krisis air bersih akan segera tertangani dengan baik, dan mampu menyuplai air bersih kepada masyarakat dengan jumlah yang lebih tinggi, dengan kualitas air terbaik,” jelasnya.

Menurutnya, pembelian alat tersebut nantinya pemkab setempat akan menggaet beberapa pengusaha atau investor lokal guna menanamkan modalnya di PDAM Tirta Meulaboh, karena ia beralasan tak mengundang investor dari China karena nantinya pengelolaan air bersih itu akan ditangani pihak asing selama puluhan tahun. Sehingga hal itu dinilai tak efektif, apalagi masih banyak SDM di Aceh Barat guna mengelola alat tersebut.

Bahkan, untuk mewujudkan hal itu ia juga telah mengantongi beberapa nama pengusaha atau investor lokal untuk membeli alat tersebut guna dioperasikan dengan secepatnya, apalagi kebutuhan alat tersebut dinilai sangat mendesak karena memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Di sisi lain, kata Bupati Ramli MS, dalam waktu dekat pihaknya juga akan segera melaukan launching produk air minum mineral dari kabupaten setempat, dengan sumber mata air yang sengaja diambil dari Desa Cot Pluh, Kecamatan Samatiga, Aceh Barat guna memenuhi kebutuhan air mineral di wilayah itu. karena prospek pengembangan bisnis air minum di Bumi Teuku Umar itu sangat menjanjikan. (di)

Selasa, Mei 05, 2009

PDAM Dinilai Abaikan Permohonan Warga

5 May 2009, 08:02 Pase Administrator

LHOKSUKON - Masyarakat di Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara, menilai PDAM Tirta Mon Pase telah mengabaikan permohonan warga, untuk mendapatkan fasilitas air bersih. Pasalnya, meskipun warga sudah mengajukan permohonan pembuatan jaringan air bersih ke desa itu sejak 2006 lalu, namun hingga kini ratusan kepala keluarga (KK) di kawasan itu masih mengkonsumsi air sungai.

Warga Pirak Timu, Razali, Senin (4/5) mengatakan, warga desa itu sejak dulu hingga kini masih saja mengonsumsi air sungai karena distribusi air bersih tak sampai ke wilayah tersebut. “Permohonan sudah kita ajukan sejak 2006, tapi ngak ada respons walaupun kami tanya berulang kali,” ketusnya. Padahal, menurut Razali, jika perusahaan daerah ini mau membangun fasilitas air bersih ke kawasan itu, hanya tinggal menyambung pipa dari Desa Asan, Kecamatan Lhoksukon, yang hanya melintasi sungai Inong. “Jika sudah ada jaringan, lebih 500 rumah di 10 desa dari Desa Asan Krueng Kreh hingga Alue Bungkoh siap memakai air bersih tersebut,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Razali, nama-nama warga yang sudah pasti memasang jaringan air PDAM telah dikirim bersama proposal tersebut. “Kami warga di sini sedih dan kecewa mengapa dari dulu hingga saat ini harus terus mengonsumsi air sungai yang sering keruh. Karenanya, kami mohon perhatian pemerintah,” harapnya.

Tak ada dana
Direktur Umum PDAM Tirta Mon Pase, M Rizal, membenarkan beberapa tahun lalu pihaknya telah menerima permohonan dari masyarakat Pirak Timu. Tapi, hingga kini pihaknya tidak punya dana untuk membangun jaringan air bersih ke kawasan tersebut. Sebab, menurut Rizal, setiap kali diajukan anggarannya, selalu tidak disetujui saat pembahasan APBK. “Tahun 2007 dan 2008 kami ada mengajukan dana untuk pembangunan jaringan air bersih yang baru, tapi selalu ditolak. Sehingga kami tidak punya dana untuk membuat jaringan air bersih ke kawasan Pirak Timu,” kilahnya.(bah)

Senin, Mei 04, 2009

Pipa PDAM Bocor Membentuk Kubangan

Bocah Bagok Tewas Tenggelam

4 May 2009, 07:45 Nanggroe Administrator

Lubang PDAM

Lubang pipa PDAM bocor yang menyebabkan bocah Muhammad Angga Saputra (2,5), warga Matang Neuheun, Kecamatan Nurussalam (Bagok), Aceh Timur, tewas tenggelam. SERAMBI/ ISKANDAR USMAN

IDI - Muhammad Angga Saputra (2,5) seorang bocah putra Idawati (35) warga Matang Neuheun, Kecamatan Nurussalam (Bagok), Aceh Timur, Minggu (3/5) sekira pukul 6.30 WIB, tewas tenggelam dalam kubangan yang berada di dekat pinggir jalan negara, beberapa meter dari rumah korban. Kubangan itu terbentuk akibat pipa PDAM Tirta Peusada Aceh Timur, bocor. Informasi yang diperoleh Serambi di lokasi kejadian, di pagi itu ibu korban Idawati, sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi di dapur. Sedangkan putranya Angga yang baru bangun dari tidur langsung ke luar rumah untuk bermain. Tak ayal, sang bocah pun terjatuh ke lubang penuh air yang terbentuk akibat pipa PDAM bocor di dekat rumahnya. Dilaporkan, tidak seorang pun yang melihat bagaimana bocah tersebut terjatuh dalam kubangan itu.

Berselang sekitar satu jam kemudian, Zakir yang rumahnya persis di depan rumah korban melintas. Zakir sendiri pagi itu hendak menuju ke rumah korban yang kebetulan bagian depannya dijadikan kios, untuk membeli pulpen. Namun, Zakir tiba-tiba melihat dalam lubang yang dipenuhi air itu terdapat baju anak-anak dengan kondisi terapung. Saat ia mendekat dan bermaksud memeriksa baju tersebut, Zakir pun terperanjat. Ternyata yang terapung itu adalah Angga, bocah tetangganya.

Lalu, Zakir memanggil ibu korban dan warga lain. Seketika saja tetangga korban datang ke TKP. “Begitu kami mengeluarkan korban dari dalam air, korban tidak bernyawa lagi, “ ujar Muhammad (55), Kadus Dusun Kedongdong, desa setempat. Dikatakan sang Kadus, kebocoran pipa PDAM itu berawal, Sabtu (2/5), sekira pukul 21.00 WIB. Ketika itu, kebocoran tidak begitu kencang. Sementara menjelang tengah malam, kebocoran pipa bertambah parah, hingga kondisi tanah yang berpasir di daerah itu menjadi lubang besar yang mencapai lebar 1x1 meter dan kedalaman 2,5 meter.

Kepala Desa Matang Neuheun, Darmawan mengungkapkan, pihaknya menerima laporan dari warga terkait kebocoran pipa sekira pukul 21.00 WIB. Air PDAM yang bocor, kata dia, mengalir sangat deras. Saat itu lubangnya masih kecil, di tengah malam air keluar sangat deras seperti air mancur. Paginya harinya lubang itu sudah seperti sumur. Sementara itu, Kepala PDAM Tirta Peusada Aceh Timur, Ir Faisal Saifuddin yang dikonfirmasi Serambi secara terpisah kemarin membenarkan peristiwa tersebut. “Kami telah terima laporan dari PDAM Lhok Nibong dan Ranting Bagok,” katanya.

Faisal juga menyatakan, kebocoran itu akibat pipa sudah berumurnya sedikitnya 20 tahun. “Ini treatmen kita kan sudah siap yang di Lhoknibong, jadi ketika air mengalir jadi tumpah. Ini pun mungkin masih banyak jaringan pipa yang bocor dan akan kita perbaiki,” ujarnya. Pihaknya, kata dia, juga mengucapkan belangsungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggal bocah Angga. “Pihak PDAM saat ini sedang dalam perjalanan ke rumah duka,” kata Faisal sore kemarin. (is)

Minggu, Mei 03, 2009

Sabsas Masih Terima PDAM Mon Pase

3 May 2009, 09:46 Pase Administrator

LHOKSUKON - Koordinator Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Regional Provinsi Aceh, Azhari Ali mengatakan, hingga kini Sabsas masih membuka peluang kerjasama dengan seluruh PDAM di Aceh. Termasuk dengan PDAM Tirta Mon Pase, Aceh Utara, yang telah mengundurkan diri dari program kerjasama dengan NGO asal Belanda yang membidangi fasilitas air bersih di Indonesia ini.

“Sabsas masih membuka pintu kepada PDAM Tirta Mon Pase untuk bergabung lagi. Hingga saat ini, Sabsas sudah menjalin kerjasama dengan sembilan kabupaten/kota di Aceh. Tujuannya, memperbaiki jaringan air bersih yang rusak dihantam tsunami. Program ini dilakukan secara hibah,” kata Azhari Ali, kepada Serambi, Sabtu (2/5).

Azhari merincikan, ke sembilan kabupaten/kota yang terikat kerjasama dengan Sabsas, masing-masing Aceh Tamiang, Kota Langsa, Aceh Besar, Banda Aceh, Simeulue, Bireuen, Aceh Barat, Pidie, dan Pidie Jaya. Semuanya sudah menandatangani MoU. Untuk menjalankan proyeknya, akan ditender sesuai dengan aturan.

“Sabsas merupakan kepercayaan Pemerintah Belanda untuk menangani persoalan air bersih di Indonesia. Di Aceh khususnya, diberikan secara hibbah,” katanya. Ia menambahkan, kerjasama ini dirintis ketika ia menjabat Dirut PDAM Tirta Mon Pase. Dengan kerjasama ini, tambahnya, dapat menghemat dana APBK masing-masing kabupaten/kota. Buktinya, sembilan kab/kota yang kini telah bekerjasama dengan Sabsas, tak lagi mengajukan permohonan anggaran dalam APBK.

Sebenarnya, kata Azhari, Aceh Utara juga pernah menerima dana hibah dari Sabsas. Sehingga, saat itu pelanggan yang ingin memasang meteran hanya perlu membayar Rp 250.000. Sementara harga tanpa subsidi waktu itu mencapai Rp 800.000/unit. Tapi, akhirnya Aceh Utara keluar dari program itu dan mengajukan anggaran dalam APBK yang mencapai belasan miliar.(ib)

Sabtu, Mei 02, 2009

Air PDAM Mati, Warga Kelimpungan

2 May 2009, 09:14 Nanggroe Administrator

KUALA SIMPANG – Distribusi air dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Aceh Tamiang kepada pelanggan sudah enam hari mandeg alis “mati”, akibatnya sejumlah warga Kota Kuala Simpang dan sekitarnya kelimpungan dan terpaksa menumpang mandi ke rumah tetangga. Nova (26) warga Kampong Dalam, Kecamatan Karang Baru kepada Serambi, Jumat (1/5) mengatakan, sejak enam hari lalu air PDAM tidak terdistribusi kepada pelanggan, sehingga membuat ia kelimpungan untuk keperluan rumah tangga.

Bahkan sejak air PDAM tidak ngalir, Nova mengaku tidak melakukan atifitas memasak. “Karena tidak ada air, kami terpaksa tidak masak, beli nasi dan air minum di luar,” ujarnya dan menambahkan setiap pagi dan sore terpaksa mengungsi ke tempat famili ke perumahan BTN Desa Bundar untuk mandi. Dikatakan Nova, kondisi ini sangat merugikan pelanggan karena pelayanan yang diberikan perusahaan air minum tersebut tidak memuaskan. Padahal setiap bulan mereka membayar rekening air tepat waktu. “Jika kami telah membayar rekening air, pihak PDAM mengenakandenda sebesar Rp 5.000,” ujarnya lagi.

Informasi lain yang diperoleh Serambi menyebutkan, air PDAM hanya mengalir pada malam hari sekitar pukul 22.00 WIB, itupun untuk rumah yang berada di sekitar jalan Medan–Banda Aceh. Sedangkan rumah yang berjarak sekitar 200 meter dari jalan tersebut airnya tidak mengalir lagi. Sebagian besar rumah tangga di Desa Kampong Dalam tidak memiliki sumur galian dan sumur bor karena daerah tersebut salah satu desa yang banyak gasnya di bawah tanah sehingga dilarang membuat sumur bor. “Dengan kondisi geografis tersebut seharusnya PDAM lebih mengutamakan distribusi air ke Desa Kampong Dalam karena sebagian besar rumah tangga didaerah tersebut bergantung pada air PDAM,” ujar seorang warga. Hingga kemarin belum didapat konfirmasi dari Kepala PDAM Tamiang menyangkut kemacetan distribusi air itu. (md)

Jumat, Mei 01, 2009

Tapping Liar, Mobil PDAM Nganggur

DIPOSTING OLEH Redaksi Intipnews on Thursday, 30 April 2009No Comment
MOBIL PDAM NGANGGUR - Mobil-mobil tangki milik PDAM Tirta Fulawan Simeulue yang selalu stanby melayani distribusi air bersih kepada masyarakat di kota Sinabang, Aceh dan sekitarnya, otomatis menganggur atau tak jalan lagi dikarenakan banyaknya tapping-tapping liar yang mencuri langsung air bersih dari pipa transmisi induk milik PDAM setempat.(Foto Kiriman : PDAM Tirta Fulawan/Rasmal Kahar)